Sumber foto: Canva

Kenapa Label 'Tanpa Pengawet' Tidak Selalu Berarti Lebih Sehat?

Tanggal: 11 Agu 2025 09:22 wib.
Di tengah maraknya tren hidup sehat, label "tanpa pengawet" pada kemasan makanan dan minuman seringkali jadi daya tarik utama. Kita langsung mengasumsikan produk itu lebih alami, segar, dan pastinya lebih baik untuk tubuh. Namun, kenyataannya tak sesederhana itu. Label 'tanpa pengawet' tidak selalu menjadi jaminan bahwa sebuah produk secara keseluruhan lebih sehat. Di balik klaim tersebut, ada banyak hal lain yang perlu kita perhatikan, mulai dari kandungan gula, garam, hingga metode pengawetan alami yang mungkin tak kita sadari.

Pengawetan Bukanlah Musuh Utama

Pengawet sejatinya diciptakan untuk tujuan yang baik: mencegah pertumbuhan mikroorganisme berbahaya seperti bakteri dan jamur yang bisa merusak makanan dan menyebabkan penyakit. Tanpa pengawet, banyak produk makanan hanya akan bertahan dalam waktu singkat dan lebih rentan terkontaminasi. Pengawet yang diizinkan dan dalam takaran yang sesuai oleh badan pengawas seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada dasarnya aman untuk dikonsumsi. Masalahnya muncul ketika kita menganggap semua pengawet itu buruk, padahal tidak demikian.

Banyak produsen yang menghindari pengawet sintetis dengan menggunakan metode atau bahan lain yang juga berfungsi sebagai pengawet. Contohnya, gula dan garam adalah pengawet alami yang sudah digunakan turun-temurun. Keduanya bekerja dengan menarik air dari makanan, sehingga mikroba tidak bisa tumbuh. Masalahnya, produk dengan gula atau garam yang sangat tinggi, meskipun tanpa pengawet sintetis, justru bisa lebih berbahaya bagi kesehatan dalam jangka panjang. Contohnya, selai buah tanpa pengawet sintetis mungkin punya kandungan gula yang sangat tinggi. Demikian juga dengan ikan asin yang kaya garam.

Konsentrasi Gula dan Garam yang Berlebihan

Produk-produk dengan label 'tanpa pengawet' bisa jadi 'terpaksa' menggunakan konsentrasi gula atau garam yang sangat tinggi untuk memastikan produknya awet. Gula berlebih sudah lama dikaitkan dengan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung. Sementara itu, asupan garam berlebih bisa memicu tekanan darah tinggi. Jika kita memilih produk dengan label 'tanpa pengawet' tapi mengabaikan kandungan gula atau garamnya yang sangat tinggi, maka kita sebenarnya tidak memilih opsi yang lebih sehat.

Sebagai contoh, beberapa produk saus tomat yang diklaim 'tanpa pengawet' mungkin punya kadar gula atau garam jauh lebih tinggi dari saus tomat biasa yang menggunakan pengawet aman dalam takaran wajar. Pilihan mana yang lebih sehat? Tentu kita perlu menimbang keduanya.

Bahan Lain yang Tidak Lebih Baik

Selain gula dan garam, ada juga bahan lain yang digunakan sebagai 'pengawet alami'. Misalnya, cuka atau asam sitrat yang digunakan untuk menjaga kesegaran produk. Meski disebut alami, penggunaannya dalam jumlah besar bisa memengaruhi rasa dan bahkan kesehatan lambung bagi sebagian orang.

Selain itu, beberapa produsen makanan 'sehat' bisa menggunakan bahan aditif lain seperti pewarna, perasa, atau pemanis buatan yang justru bisa memicu masalah kesehatan bagi sebagian orang yang sensitif. Jadi, 'tanpa pengawet' tidak lantas menjamin bahwa semua bahan lain yang dipakai itu lebih sehat.

Kapan 'Tanpa Pengawet' Benar-Benar Lebih Sehat?


Label 'tanpa pengawet' akan menjadi pilihan yang lebih sehat jika produk tersebut juga memenuhi kriteria lain, seperti:
Kadar Gula dan Garam Rendah: Baca label nutrisi dan pastikan kandungan gula serta garamnya tidak terlalu tinggi.
Bahan Alami Lain yang Aman: Periksa daftar bahan. Apakah bahan-bahan lain yang digunakan memang benar-benar alami dan aman?
Metode Pengawetan Lain yang Digunakan Aman: Beberapa produsen menggunakan metode sterilisasi suhu tinggi (pasteurisasi atau UHT) atau pengemasan vakum untuk membuat produk lebih awet. Metode-metode ini umumnya tidak merugikan kesehatan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved