Tragis di Kamboja: Warga Bekasi Tewas Disiksa Usai Dipaksa Jadi Scammer
Tanggal: 18 Apr 2025 18:24 wib.
Tampang.com | Ihwan Sahab (28), warga Kebalen, Babelan, Kabupaten Bekasi, tewas secara tragis di Kamboja pada Senin pagi (14/4/2025). Ihwan sebelumnya dijanjikan pekerjaan sebagai admin situs judi online dengan gaji tinggi, namun kenyataannya, ia dipaksa bekerja di perusahaan penipuan siber (scamming) dan menjadi korban penyiksaan keji oleh rekan sesama pekerja karena gagal memenuhi target.
Disiksa Hingga Pingsan, Korban Alami Pendarahan Otak
Adik korban, Subiyantoro (23), mengungkapkan bahwa Ihwan sempat dirawat di rumah sakit sejak 28 Maret 2025. Dalam beberapa video call, Ihwan mengaku disiksa oleh 15 orang – baik warga China maupun Indonesia – selama dua hari di ruang tertutup. Tubuhnya disetrum hingga luka membiru dan lebam, termasuk di kelopak mata dan bokong. Lebih parah lagi, bagian kepala Ihwan dipukul benda tumpul hingga menyebabkan pendarahan otak.
Tak kuat menahan siksaan, Ihwan akhirnya pingsan dan ditelantarkan di pinggir jalan tanpa pakaian. Ia kemudian ditemukan dalam kondisi kritis oleh polisi dan dilarikan ke rumah sakit. Setelah sempat membaik, kondisi Ihwan memburuk dan akhirnya meninggal dunia.
Ditinggalkan Demi Gaji Fantastis, Namun Berujung Petaka
Pada Februari 2024, Ihwan berangkat ke Kamboja dengan harapan mengubah nasib dan membantu ekonomi keluarga. Ia tergiur janji gaji Rp 30–40 juta per bulan. Kepada orangtuanya, Ihwan beralasan bahwa ia dimutasi oleh perusahaan lamanya. Namun, setibanya di sana, kenyataan pahit menimpanya. Ia dipekerjakan sebagai scammer dengan sasaran warga Indonesia.
Ihwan sempat aktif berkomunikasi dengan keluarga, namun sejak awal 2025, intensitasnya menurun drastis. Keluarga mulai curiga ketika pimpinan perusahaan meminta uang Rp 60 juta untuk “memulangkan” Ihwan. Permintaan itu ditolak karena dianggap mencurigakan.
Jenazah Tak Bisa Dipulangkan, Dimakamkan di Kamboja
Karena mahalnya biaya pemulangan jenazah – ditaksir mencapai Rp 200 juta – keluarga memutuskan untuk memakamkan Ihwan di Kamboja. Mereka meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh agar pemakaman dilakukan secara Islam dan didokumentasikan lengkap, mulai dari pemandian hingga pemakaman.
“Harus ada bukti foto dan video lengkap. Kalau tidak, kami akan tempuh jalur hukum,” tegas Subiyantoro.
Sosok Baik Hati yang Ingin Membanggakan Keluarga
Di mata keluarga dan tetangga, Ihwan dikenal sebagai pribadi baik. Ia rajin ikut pengajian dan bahkan sempat mewakafkan satu dus Al-Qur’an berisi 24 mushaf ke sebuah pondok pesantren. Ihwan juga banyak membantu ekonomi keluarga, membelikan ponsel, mesin cuci, laptop, hingga kamera untuk istri adiknya.
“Niatnya mulia, ingin bahagiakan orangtua. Tapi malah jadi korban,” ujar Subiyantoro pilu.
Desakan untuk Bongkar Sindikat TPPO
Tragedi ini memunculkan desakan agar pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri dan aparat terkait, menindak tegas sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berkedok pekerjaan luar negeri. Kasus-kasus pekerja migran yang disiksa dan dieksploitasi seperti Ihwan Sahab bukanlah yang pertama – dan bisa jadi bukan yang terakhir jika tak segera ditangani secara serius.