Sumber foto: iStock

Terungkap! ‘Peternakan Manusia’ di Georgia: Wanita Dijadikan Budak untuk Dijual di Pasar Gelap

Tanggal: 17 Feb 2025 10:42 wib.
Kasus perdagangan manusia yang mencengangkan kembali terbongkar. Sekitar 100 wanita Thailand diduga dieksploitasi di sebuah fasilitas di Georgia, di mana mereka dipaksa untuk menyerahkan sel telurnya yang kemudian dijual di pasar gelap. Laporan ini terungkap setelah tiga wanita berhasil melarikan diri dan memberikan kesaksian yang mengejutkan.

Jebakan Lowongan Palsu: Awal Mula Mimpi Buruk

Semua bermula dari iklan lowongan kerja yang diposting di Facebook. Tawaran tersebut menjanjikan bayaran hingga €17.000 bagi wanita yang bersedia menjadi ibu pengganti atau surrogate mother bagi pasangan yang tidak bisa memiliki anak. Tergiur oleh iming-iming tersebut, tiga wanita Thailand beserta sepuluh lainnya berangkat ke Georgia pada Agustus 2024.

Seluruh biaya perjalanan, termasuk paspor dan akomodasi, dibiayai oleh organisasi yang merekrut mereka. Seorang wanita yang bekerja untuk sindikat ini bertugas mengurus seluruh keberangkatan mereka. Namun, begitu tiba di tujuan, mereka menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap yang mengerikan.

Mereka tidak ditempatkan di rumah pribadi atau klinik kesehatan seperti yang dijanjikan, melainkan di empat rumah besar yang menampung sekitar 100 wanita lainnya. Perlahan, kebenaran mulai terungkap: mereka bukanlah calon ibu pengganti, melainkan korban perdagangan manusia yang dijadikan ‘ternak’ untuk produksi sel telur.

Eksploitasi Brutal: Tubuh Mereka Diperlakukan Seperti Mesin Produksi

Para wanita ini dipaksa menerima suntikan hormon secara rutin untuk merangsang indung telur mereka. Setiap bulan, sel telur mereka diekstraksi tanpa izin dan tanpa kompensasi yang layak. Beberapa korban bahkan tidak menerima bayaran sama sekali.

Dalam kondisi yang menyedihkan, mereka menghadapi dua pilihan: tetap di sana dan terus dieksploitasi atau membayar €2.000 (sekitar Rp33 juta) sebagai ‘uang tebusan’ untuk kebebasan mereka. Bagi banyak korban, jumlah ini mustahil untuk dibayarkan, membuat mereka terjebak dalam sistem perdagangan manusia yang kejam.

Pavena Hongsakula, pendiri yayasan Thailand untuk anak-anak dan wanita, mengungkapkan bahwa sel telur yang dikumpulkan dari para wanita tersebut kemungkinan besar dijual ke negara lain untuk keperluan fertilisasi in-vitro (IVF).

Pelarian Berani: Tiga Wanita Berhasil Lolos

Keberanian tiga wanita Thailand yang berhasil melarikan diri pada 30 Januari 2025 membuka tabir kejahatan ini ke publik. Dengan bantuan Interpol dan Yayasan Pavena, mereka akhirnya bisa dibebaskan setelah membayar uang tebusan.

Dalam konferensi pers yang digelar minggu ini, salah satu korban mengungkapkan betapa mengerikan pengalaman yang mereka alami. Ia menggambarkan bagaimana mereka diperlakukan layaknya ternak, dipaksa menjalani prosedur medis tanpa persetujuan, dan terus dipantau agar tidak bisa melarikan diri.

Kasus ini pun menarik perhatian otoritas internasional. Interpol dan Kepolisian Thailand kini sedang menyelidiki jaringan kriminal di balik sindikat ini, sementara penyelidikan di Georgia juga terus berlangsung.

Perdagangan Manusia dan Pasar Gelap Sel Telur: Bisnis Ilegal yang Mengancam

Perdagangan manusia dalam industri surrogacy ilegal telah menjadi perhatian global. Meskipun banyak negara memiliki regulasi ketat terkait praktik ibu pengganti, sindikat kriminal memanfaatkan celah hukum untuk mengeksploitasi perempuan dari negara-negara berkembang.

Pasar gelap sel telur dan praktik IVF ilegal juga menjadi industri menguntungkan bagi mafia internasional. Permintaan tinggi dari pasangan yang kesulitan memiliki anak, ditambah dengan minimnya regulasi di beberapa negara, membuat bisnis ini terus berkembang.

Upaya Penyelamatan dan Harapan untuk Para Korban

Saat ini, Interpol dan pihak berwenang Thailand masih berusaha mencari tahu berapa banyak korban yang masih ditahan di "peternakan manusia" tersebut. Polisi Thailand juga tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada lebih banyak penyelamatan dalam waktu dekat.

Bagi para korban yang telah berhasil keluar, perjalanan mereka masih panjang. Dukungan psikologis dan hukum sangat diperlukan untuk membantu mereka pulih dari trauma yang mendalam akibat eksploitasi ini.

Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa perdagangan manusia masih menjadi ancaman nyata di dunia modern. Kesadaran masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan mencurigakan serta penegakan hukum yang lebih ketat terhadap praktik ilegal seperti ini sangat diperlukan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.

Kesimpulan: Kewaspadaan Adalah Kunci

Eksploitasi terhadap perempuan dalam kasus ini menjadi alarm bahaya bagi semua orang. Dengan maraknya penipuan berkedok lowongan pekerjaan di media sosial, penting bagi kita semua untuk lebih waspada dan tidak mudah tergiur dengan tawaran mencurigakan.

Jika menemukan kasus serupa atau ada indikasi perdagangan manusia, segera laporkan ke pihak berwenang. Hanya dengan tindakan nyata dan kesadaran yang lebih tinggi, kita bisa membantu melindungi korban dan mencegah kejahatan serupa terulang kembali.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved