Teroris Online yang Ditangkap Densus 88 di Sulses Terafiliasi ISIS
Tanggal: 26 Mei 2025 11:23 wib.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali melakukan operasi yang berhasil menangkap seorang terduga anggota kelompok teroris di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penangkapan ini terjadi pada Sabtu, 24 Mei 2025, dan menandai langkah penting dalam upaya memberantas jaringan terorisme yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan propaganda dan ajakan untuk melakukan aksi teror.
Terduga yang ditangkap adalah MAS, seorang pria berusia 18 tahun yang aktif dalam sebuah kanal komunikasi digital yang mempromosikan ideologi ISIS. Kanal tersebut diketahui menyebarkan berbagai konten yang berkaitan dengan ajakan melakukan aksi pengeboman, khususnya terhadap tempat ibadah. Penggunaan media sosial oleh teroris seperti MAS menunjukkan betapa cerdas dan sigapnya para pelaku dalam memanfaatkan teknologi untuk menjangkau lebih banyak orang, sekaligus merekrut umat muda untuk bergabung dalam agenda terorisme mereka.
Dalam investigasi yang dilakukan, Tim Densus 88 menemukan bahwa MAS telah berbagi dan mengajak pengikutnya untuk terlibat dalam aksi-aksi kekerasan. Konten yang disebarkannya tidak hanya berupa penyebaran ideologi ekstremis, tetapi juga instruksi dan taktik yang disarankan untuk melaksanakan aksi teror. Menariknya, MAS menggunakan platform populer yang sering diakses oleh kalangan muda, menjadikannya lebih mudah untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Penangkapan MAS bukanlah yang pertama kalinya dilakukan oleh Densus 88. Seiring dengan meningkatnya ancaman terorisme yang berbasis di dunia maya, Tim Densus 88 telah berkomitmen untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang mencurigakan di media sosial. Sebagai bagian dari strategi nasional untuk memerangi terorisme, penangkapan teroris online seperti MAS menjadi salah satu prioritas utama penerapan hukum di Indonesia saat ini.
Aksi Densus 88 ini juga memberikan pesan yang jelas kepada masyarakat bahwa aktivitas ekstremisme, terutama yang menggunakan media sosial sebagai platform untuk merekrut dan menyebarkan ideologi terorisme, tidak akan dibiarkan. Dalam penanganan kasus ini, Densus 88 telah bekerja sama dengan berbagai institusi, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk menumbangkan jaringan terorisme yang memanfaatkan teknologi informasi.
Disebutkan pula bahwa MAS telah berada di bawah pengawasan pihak berwenang selama beberapa waktu sebelum akhirnya ditangkap. Informasi-informasi mengenai aktivitasnya yang mencurigakan berasal dari laporan masyarakat, yang menunjukkan tingkat kesadaran publik tentang bahaya terorisme di era digital. Hal ini adalah langkah positif, karena masyarakat memiliki peran vital dalam mendeteksi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan, terutama di lingkungan sekitar mereka.
Penangkapan ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan penyuluhan mengenai bahaya terorisme, terutama di kalangan generasi muda. Masyarakat, khususnya para orang tua dan pendidik, perlu lebih aktif dalam memberikan pemahaman tentang ideologi-ideologi ekstremis yang berpotensi masuk ke dalam kehidupan mereka. Dengan meningkatkan kesadaran, diharapkan anak-anak dan remaja dapat terlindungi dari pengaruh negatif yang merugikan.
Densus 88 tidak hanya berfokus pada penangkapan, tetapi juga pada upaya deradikalisasi bagi mantan terduga teroris dan mereka yang telah terpapar ideologi ekstremis. Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh, diharapkan langkah-langkah pencegahan dapat dilakukan sebelum individu terjebak lebih jauh ke dalam pelukan ideologi teror.
Media sosial yang digunakan oleh MAS adalah salah satu contoh nyata bagaimana teroris modern beroperasi. Dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi, mereka dapat menyebar ideologi, mengkomunikasikan rencana, dan melakukan rekrutmen dengan lebih efisien. Oleh karena itu, peran pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam menanggulangi penyebaran konten teroris melalui media sosial sangat dibutuhkan.
Dalam konteks Indonesia, penangkapan MAS di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, adalah pengingat akan pentingnya surveilans yang terus-menerus dan kolaborasi antara berbagai pihak untuk memberantas terorisme. Keberhasilan yang diperoleh Tim Detasemen Khusus 88 dalam menangkap teroris online ini diharapkan dapat mendorong langkah-langkah lebih lanjut dalam menindaklanjuti jaringan-jaringan lain yang mungkin masih beroperasi di dunia maya.
Dengan demikian, meskipun tantangan yang dihadapi dalam memberantas terorisme digital ini cukup besar, usaha kolektif dari semua elemen masyarakat, termasuk peran aktif Tim Densus 88, menunjukkan bahwa langkah nyata dapat diambil dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dari pengaruh terorisme.