Sumber foto: reuters

Tentara Israel Mengakui Kebanyakan yang Tewas di Gaza Adalah Warga Sipil

Tanggal: 2 Apr 2024 10:19 wib.
Para perwira dan tentara Israel telah mengakui bahwa kebanyakan dari mereka yang tewas dan diklasifikasikan sebagai "teroris" dalam perang Tel Aviv melawan Gaza Palestina sebenarnya adalah warga sipil, menurut laporan yang diterbitkan oleh Haaretz pada 31 Maret.

“Tentara Israel mengatakan 9.000 teroris telah tewas sejak perang Gaza dimulai,” kata laporan itu.

Menurut kesaksian para perwira dan tentara, tentara Israel menembak siapapun yang memasuki "zona pembunuhan" yang mereka tentukan, baik mereka bersenjata maupun warga sipil.

“Kami secara eksplisit diberitahu bahwa bahkan jika seorang tersangka masuk ke dalam bangunan dengan orang di dalamnya, kami harus menembak ke arah bangunan itu dan membunuh teroris, bahkan jika orang lain terluka,” kata seorang tentara kepada surat kabar tersebut.

Seorang perwira cadangan mengatakan bahwa “secara praktis, seorang teroris adalah siapa pun yang telah dibunuh oleh tentara di area di mana pasukannya beroperasi.”

"Mereka bertanya berapa jumlahnya, dan saya memberikan angka berdasarkan apa yang kami lihat dan pahami di lapangan, dan kami lanjutkan. Bukan berarti kami membuat angka-angka, tetapi tak ada yang bisa menentukan dengan pasti siapa adalah teroris dan siapa yang terkena setelah memasuki zona pertempuran pasukan Israel,” tambahnya.

Meskipun Israel selalu mengklaim perangnya adalah untuk melindungi diri dari serangan teroris, pengakuan dari para perwira dan tentara ini menyoroti masalah serius tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan dan dampaknya terhadap warga sipil di Gaza. Data dari PBB menunjukkan bahwa sebanyak 70-80% korban jiwa dalam konflik Israel-Palestina adalah warga sipil.

Selain itu, penduduk Gaza sendiri juga mengalami trauma yang luar biasa akibat perang ini. Menurut laporan UNICEF pada tahun 2020, hampir setiap anak di Gaza telah mengalami dampak psikologis dari konflik, termasuk kecemasan, depresi, dan PTSD (gangguan stres pasca trauma).

Perlindungan terhadap warga sipil harus menjadi prioritas utama dalam setiap situasi konflik. Konvensi Jenewa dan hukum internasional secara jelas melarang serangan yang tidak membedakan antara militer dan warga sipil. Tindakan tentara Israel yang menyerang siapapun yang memasuki "zona pembunuhan" tanpa membedakan apakah mereka bersenjata atau tidak, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap penghormatan terhadap hukum perang.

Saat ini, komunitas internasional perlu semakin aktif dalam menekan Israel dan Palestina untuk mencapai solusi perdamaian yang berkelanjutan. Solusi politik adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri siklus kekerasan dan penderitaan yang telah berlangsung terlalu lama di kawasan tersebut.

Selain itu, lembaga-lembaga seperti PBB juga perlu berperan aktif dalam mendorong penyelidikan independen terhadap dugaan pelanggaran HAM dan kejahatan perang yang mungkin terjadi dalam konflik ini. Keadilan dan akuntabilitas bagi pelanggaran HAM adalah langkah penting dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah.

Dengan pengakuan dari para perwira dan tentara sendiri, harus ada tekanan lebih lanjut untuk mengakhiri penggunaan kekuatan yang berlebihan dan melindungi hak asasi manusia, terutama warga sipil yang selalu menjadi korban paling rentan dalam setiap konflik bersenjata.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved