Serangan Bom Terhadap Rombongan Diplomat RI di Pakistan: Kronologi dan Dampaknya
Tanggal: 24 Sep 2024 11:32 wib.
Rombongan diplomat Indonesia di Islamabad, Pakistan, mengalami serangan bom yang menewaskan satu orang polisi dan melukai tiga orang lainnya pada Minggu, 22 September 2024. Serangan itu terjadi di jalan menuju Malam Jabba, sekitar 300 kilometer dari Islamabad, dan diduga menggunakan improvised explosive device (IED). Pihak Kementerian Luar Negeri RI telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan koordinasi erat dengan KBRI Islamabad.
Berdasarkan informasi dari Kemlu, serangan tersebut terjadi saat iringan korps diplomatik akan mengikuti kegiatan Islamabad Chamber of Commerce and Industry (ICCI) pada tanggal 22 September 2023 di Swat Valley, Propinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Menurut Kementerian Luar Negeri, dalam iringan korps diplomatik tersebut turut serta Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Islamabad. Meskipun terjadi serangan, KUAI KBRI Islamabad dan seluruh rombongan korps diplomatik dalam keadaan aman dan telah kembali ke Islamabad dengan selamat.
Hingga saat ini, pihak yang bertanggungjawab atas serangan tersebut masih belum diketahui. Meskipun demikian, Indonesia melalui KBRI Islamabad berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah Pakistan guna memastikan keamanan dan keselamatan seluruh WNI di Pakistan.
Adapun jumlah WNI yang tinggal menetap di Pakistan mencapai sekitar 1.200 orang, dengan mayoritas di antaranya adalah pelajar dan WNI yang menikah dengan warga negara Pakistan. Dalam kondisi yang masih belum stabil, langkah-langkah untuk memastikan keamanan WNI di Pakistan menjadi hal yang sangat penting.
Serangan terhadap rombongan diplomat di Pakistan juga melibatkan diplomat-diplomat dari negara-negara lain seperti Ethiopia, Portugal, Kazakhstan, Bosnia dan Herzegovina, Zimbabwe, Rwanda, Turkmenistan, Vietnam, Iran, Rusia, dan Tajikistan. Acara tersebut diselenggarakan oleh Islamabad dan Kamar Dagang Swat untuk mempromosikan industri lokal di kawasan tersebut, termasuk kerajinan tangan dan batu permata.
Pihak berwenang Pakistan menegaskan bahwa tindakan semacam itu tidak akan menghalangi Pakistan dari komitmennya dalam perang melawan terorisme. Namun demikian, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Biasanya, aksi kekerasan di Pakistan terkait dengan kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang memiliki ideologi yang sama dengan Taliban Afghanistan.
Swat Valley merupakan lembah pegunungan yang indah namun juga memiliki sisi gelap dengan sejarah serangan terhadap aktivis pendidikan seperti Malala Yousafzai, yang ditembak di kepala oleh TTP pada tahun 2012. Pakistan juga telah menyaksikan peningkatan serangan yang dramatis sejak Taliban menguasai Kabul pada tahun 2021. Islamabad mengatakan serangan semacam itu dilancarkan dari negara tetangga Afghanistan, meskipun klaim ini dibantah oleh otoritas Taliban.
Situasi di Pakistan menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan diplomat Indonesia. Upaya untuk menjaga keamanan dan keselamatan warga negara Indonesia di luar negeri harus tetap menjadi prioritas utama, terutama di negara-negara yang tengah mengalami ketegangan dan konflik internal.
Sebagai negara yang berkomitmen terhadap perdamaian dan keamanan di dunia, Indonesia perlu terus berperan aktif dalam mengupayakan penyelesaian konflik dan memastikan keamanan bagi WNI di negara-negara yang menghadapi situasi sulit. Hal ini juga sejalan dengan semangat diplomasi damai yang telah lama dijunjung tinggi oleh Indonesia di forum internasional.
Dalam situasi terkait serangan bom terhadap rombongan diplomat, Keberadaan KBRI Islamabad dalam upaya koordinasi dengan pemerintah Pakistan menjadi sangat krusial. Komunikasi yang efektif dan kerja sama yang baik dalam situasi krisis membantu menjamin keselamatan dan keamanan warga negara Indonesia di Pakistan.
Seiring dengan itu, peran diplomat Indonesia juga diuji dalam memfasilitasi dialog antar pihak-pihak terkait untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dalam menghadapi situasi yang tidak mudah. Dengan demikian, Indonesia dapat terus berkontribusi secara positif dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan, tidak hanya di tingkat regional tetapi juga dalam skala internasional.
Saat ini, upaya pencegahan terhadap serangan-serangan semacam ini juga menjadi penting. Kolaborasi antarnegara dalam pemantauan dan pengamanan terhadap kegiatan diplomatik dan warga negara asing perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa mendatang. Dengan demikian, korps diplomatik Indonesia di berbagai negara dapat bekerja dalam lingkup yang lebih aman dan kondusif.