Sumber foto: Google

Rencana Peledakan Tesla di Dpean Hotel Trump Ternyata Pakai AI

Tanggal: 12 Jan 2025 20:09 wib.
Tampang.com | Las Vegas diguncang oleh insiden mengejutkan pekan lalu, ketika Sersan Mayor Matthew Livelsberger, seorang prajurit Pasukan Khusus Angkatan Darat AS, melakukan aksi pengeboman menggunakan Tesla Cybertruck di depan Trump International Hotel. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama setelah pihak berwenang mengungkap bahwa Livelsberger menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), yaitu ChatGPT, untuk merencanakan serangan tersebut.

Peristiwa ini terjadi pada Minggu malam (7/1/2025) di pusat kota Las Vegas. Livelsberger diketahui mengendarai Tesla Cybertruck yang dimodifikasi dengan bahan peledak ke depan Trump International Hotel. Beruntung, tim keamanan dan kepolisian setempat berhasil mengevakuasi area sebelum ledakan terjadi, sehingga tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Polisi Las Vegas menjelaskan bahwa aksi ini diduga dilakukan atas motif pribadi yang belum sepenuhnya terungkap. "Kami masih menyelidiki apakah ini adalah aksi terencana dengan motif politik atau tindakan individu semata," ujar Kepala Polisi Las Vegas, Robert Jenkins.

Salah satu aspek yang membuat kasus ini menjadi sorotan adalah pengakuan Livelsberger bahwa ia menggunakan platform AI ChatGPT untuk membantu merencanakan aksinya. Dalam penyelidikan, terungkap bahwa Livelsberger memanfaatkan teknologi AI tersebut untuk mencari informasi tentang bahan peledak, cara modifikasi kendaraan, serta strategi logistik untuk menjalankan rencana tersebut.

"Penyalahgunaan AI dalam kasus ini menjadi perhatian serius kami. Teknologi seperti ChatGPT seharusnya digunakan untuk tujuan yang positif, bukan untuk mendukung tindakan kriminal," tambah Jenkins.

Respons dari OpenAI

Menanggapi insiden ini, OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, menyatakan keprihatinannya. Mereka menegaskan bahwa teknologi AI yang dikembangkan dirancang dengan batasan ketat untuk mencegah penyalahgunaan.

"Kami memiliki sistem keamanan yang secara aktif memfilter dan memblokir permintaan yang melibatkan kekerasan, aktivitas ilegal, atau tindakan berbahaya. Namun, jika ada celah yang memungkinkan penyalahgunaan, kami berkomitmen untuk memperbaikinya sesegera mungkin," ujar juru bicara OpenAI dalam sebuah pernyataan resmi.

Kekhawatiran atas Penyalahgunaan AI

Insiden ini memunculkan perdebatan tentang bahaya penggunaan teknologi AI oleh individu dengan niat jahat. Para ahli memperingatkan bahwa teknologi canggih seperti ChatGPT, meskipun dirancang untuk tujuan edukasi dan produktivitas, dapat disalahgunakan jika tidak diawasi dengan baik.

“Kasus ini adalah peringatan serius bahwa kita perlu lebih berhati-hati dalam mengatur penggunaan AI. Perlu ada regulasi yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini,” kata Dr. Emily Parker, pakar teknologi dari University of California.

Langkah Keamanan yang Ditingkatkan

Sebagai respons atas kejadian ini, pihak keamanan di Las Vegas dan kota-kota besar lainnya telah meningkatkan pengawasan, terutama di sekitar lokasi-lokasi penting. Selain itu, diskusi tentang regulasi AI mulai mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan komunitas internasional.

Penutup

Kasus Matthew Livelsberger ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi canggih seperti AI dapat dimanfaatkan dengan cara yang salah jika tidak diawasi secara ketat. Meskipun insiden ini berakhir tanpa korban jiwa, dampaknya terhadap persepsi publik tentang keamanan teknologi sangat signifikan.

Teknologi AI menawarkan potensi besar untuk kemajuan manusia, tetapi insiden seperti ini mengingatkan kita bahwa etika dan regulasi harus menjadi prioritas utama dalam penggunaannya. Masyarakat berharap pemerintah dan pengembang teknologi dapat bekerja sama untuk memastikan bahwa inovasi ini digunakan untuk kebaikan bersama.

4o
Copyright © Tampang.com
All rights reserved