Pengakuan 7 Warga Padang Savana Mausui Soal Aksi Palak Wisatawan
Tanggal: 19 Jun 2025 10:45 wib.
Seorang wisatawan asal Jakarta baru-baru ini mengalami pengalaman tidak menyenangkan saat berlibur ke salah satu destinasi wisata yang populer, yaitu Padang Savana Mausui di Nusa Tenggara Timur (NTT). Informasi yang beredar menyebutkan bahwa kunjungan ke Padang Savana Mausui tidak dikenakan tiket masuk atau retribusi. Namun, kenyataannya jauh dari harapan. Saat tiba di lokasi, wisatawan tersebut justru diminta untuk membayar Rp 25 ribu sebagai retribusi, dan jika ingin menerbangkan drone, ia diminta membayar tambahan sebesar Rp 300 ribu.
Kejadian ini menjadi sorotan ketika wisatawan tersebut melaporkan tindakan pemalakan tersebut kepada aparat kepolisian. Dalam proses penyelidikan, polisi berhasil mengumpulkan keterangan dari tujuh warga yang terlibat dalam aksi pemalakan terhadap wisatawan. Mereka mengakui bahwa telah melakukan tindakan yang merugikan para pengunjung yang datang ke Padang Savana Mausui dengan harapan menikmati keindahan alam tanpa harus membayar biaya tambahan.
Padang Savana Mausui memang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang menawarkan pemandangan indah dengan hamparan padang savana yang luas. Namun, situasi seperti yang dialami wisatawan tersebut bukanlah sekali terjadi. Banyak pengunjung lain yang juga melaporkan pengalaman serupa, di mana mereka dikenakan biaya tambahan tanpa adanya transparansi mengenai penggunaan dana tersebut.
Kondisi ini berpotensi merusak citra tempat wisata yang seharusnya dapat diakses secara wajar oleh semua orang, baik wisatawan lokal maupun internasional. Selain itu, pola pemalakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi sektor pariwisata di NTT, yang tengah berusaha untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Dari pengakuan tujuh warga yang diinterogasi oleh polisi, terungkap bahwa strategi yang mereka lakukan adalah menciptakan ketidakpastian bagi wisatawan. Mereka memanfaatkan kurangnya informasi dan pengetahuan wisatawan mengenai biaya masuk atau retribusi yang sebenarnya, dengan harapan dapat mendapatkan keuntungan secara ilegal. Masyarakat setempat seharusnya lebih peka terhadap dampak tindakan ini terhadap pariwisata daerah mereka.
Dalam situasi yang ideal, warga lokal seharusnya menjalin hubungan yang positif dengan wisatawan, bukan justru berusaha memanfaatkan kehadiran mereka. Padang Savana Mausui seharusnya menjadi tempat di mana wisatawan merasa nyaman dan aman, dapat bersantai sambil menikmati pemandangan yang menakjubkan tanpa merasa tertekan oleh tuntutan biaya yang tidak wajar.
Polisi setempat kini tengah menyelidiki lebih lanjut mengenai masalah ini dan memburu orang-orang yang terlibat dalam aksi pemalakan tersebut. Mereka berharap tindakan tegas ini dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Selain itu, ada juga upaya untuk meningkatkan kesadaran di kalangan warga setempat mengenai pentingnya menjaga reputasi daerah sebagai destinasi wisata yang ramah dan aman.
Kejadian yang dialami wisatawan Jakarta ini harusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak, baik pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan para pelaku bisnis dalam sektor pariwisata. Keberadaan destinasi wisata yang menarik seperti Padang Savana Mausui tidak akan berarti banyak jika tidak diiringi dengan sikap yang baik dari komunitasnya. Aksi pemalakan hanya akan menciptakan kesan negatif dan dampak jangka panjang yang merugikan semua orang di sektor pariwisata.