Pemukulan Pengurus Osis Hingga Pemecatan Siswa dari Sekolah

Tampang.com - Beberapa minggu yang lalu geger beredar pemukulan saat pelaksanaan kegiatan latihan dasar kepemimpinan. Pemukulan yang sebenarnya dilakukan adalah hukuman atau sangsi yang diterima karena kesalahan sang anggota. Dan sangsi tersebut diberikan atas permintaan sang anggota yang salah, buan kehendak senior.

Pemukulan itu terjadi karena karena dapalam debat adu pendapat antara senior dan junior. Sang junior kalah, hingga mengakhibatkan dirinya di hukum, tamparan sesuai permintaan sang junior.

Namun tanggapan dan video yang beredar hingga luka yang terlihat pada diri sikorban (junior) berbeda dengan keterangan para pelaku atau senior. Dan berujung pelaporan orang tua sang korban kesekolah. Kejadian ini terjadi pada sekolah SMAN 1 Semarang.

Kedatangan orangtua siswa junior tersebut untuk melakukan mengaduan atas tindakan para senior Osis pada saat pelaksanaan kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK).

Orangtua siswa berinisial BT, KR, dan NT, menghadap kepala sekolah SMAN 1 Semarag tersebut mengenai dugaan bullying dan kekerasan yang menimpa anak-anak mereka.Mereka adalah siswa junior yang mendapatkan hukuman tamparan dari para seniornya, sesuai permintaan junior.

Atas desakan dari ketiga orangtua siswa junior SMAN 1 Semarang it, pihak sekolah menggelar operasi mendadak (sidak) terhadap telepon seluler milik pengurus OSIS dan ditemukan beberapa rekaman video kegiatan LDK.

"Dari beberapa rekaman video itu, ada yang diindikasikan semacam kekerasan. Padahal, itu bukan murni kekerasan. Itu pun dalam konteks mengajak adu argumentasi saat pembekalan LDK," pembelaan snior osis.

Dalam rekaman itu, terlihat AN yang melakukan adegan penamparan kecil dan AF melakukan semacam adegan pemukulan di perut yang dipastikannya bukan penganiayaan karena tidak ada yang terluka sama sekali.

Dan atas dasar rekaman juga pengaduan orang tus siswa tersebut, maka pihak sekolah SMAN 1 Semarang, melakukan pemecatan siswa senior osis tersebut dari sekolah SMAN1 Semarang.