Sumber foto: Google

Kisah Ironis Djuyamto: Hakim Jujur yang Dibuang, Kini Jadi Tersangka Korupsi

Tanggal: 17 Mei 2025 22:00 wib.
Hakim Djuyamto yang dikenal sebagai sosok berintegritas kini terjerat kasus korupsi setelah diduga menerima suap sebesar Rp 5,7 miliar terkait kasus ekspor CPO (Crude Palm Oil). Kisahnya menjadi sorotan publik, mengingat selama ini ia dikenal sebagai seorang hakim yang memegang teguh prinsip keadilan dan transparansi. Ironisnya, Djuyamto pernah memperjuangkan kenaikan gaji hakim sebagai langkah untuk memberantas kolusi di peradilan, namun semuanya berubah ketika ia justru menjadi tersangka dalam kasus yang menyita perhatian ini.

Djuyamto mengawali karirnya dengan reputasi yang cemerlang, banyak dianggap sebagai panutan di kalangan koleganya. Ia aktif dalam berbagai seminar dan forum yang membahas pentingnya akuntabilitas dalam sistem peradilan. Dalam berbagai kesempatan, Djuyamto mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya gaji hakim yang dinilai tidak sebanding dengan tanggung jawab mereka dalam menjalankan tugas. Ia percaya bahwa dengan memberikan gaji yang layak, akan tercipta lingkungan peradilan yang lebih bersih dan bebas dari praktik korupsi.

Namun, nasib tak berpihak kepada Djuyamto. Setelah melakukan berbagai advokasi untuk menjadikan peradilan lebih bersih, ia malah dihadapkan pada situasi yang felt ironis. Tak lama setelah usaha-usahanya itu, Djuyamto dipindahtugaskan ke daerah terpencil, sebuah tindakan yang dianggap banyak kalangan sebagai bentuk hukuman bagi hakim yang berani bersuara. Seolah-olah, keberanian dan integritasnya menjadi bumerang yang menghancurkan karirnya sendiri.

Kasus penyidikan terhadap Djuyamto dimulai saat adanya laporan mengenai dugaan penerimaan suap terkait izin ekspor CPO. Investigasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap bahwa ia diduga menerima suap dalam jumlah yang mencengangkan, mencapai Rp 5,7 miliar. Kabar ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Djuyamto sebelumnya dikenal sebagai sosok yang bersih dari praktik korupsi.

Proses penyidikan pun berjalan cepat, dengan KPK melakukan penangkapan dan penggeledahan terhadap kantor dan rumah Djuyamto. Banyak yang tak habis pikir, bagaimana seorang hakim yang selama ini memperjuangkan keadilan dan berintegritas tinggi justru terjerat dalam kasus korupsi yang serius. Hal ini menunjukkan sisi kelam dari dunia hukum di Indonesia, di mana praktek suap dan kolusi masih bisa meracuni pihak-pihak yang seharusnya menjadi penegak hukum.

Ketika berita mengenai penangkapan Djuyamto tersebar, berbagai reaksi pun muncul di masyarakat. Ada yang merasa kecewa, ada pula yang skeptis terhadap kredibilitas sistem peradilan yang ada. Beberapa kolega dan aktivis hukum menyatakan bahwa sosok Djuyamto seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Meskipun terjerat dugaan suap, perlu diingat kontribusi dan perjuangan yang telah ia buat untuk menciptakan lingkungan peradilan yang lebih bersih.

Saat ini, kasus Djuyamto menjadi salah satu contoh nyata dari ironi dalam dunia hukum. Seorang hakim yang berjuang untuk meningkatkan integritas sistem peradilan, kini harus menghadapi proses hukum yang bisa merusak reputasinya. Proses hukum yang sedang berjalan ini diharapkan dapat mengungkap kebenaran dan memberi kejelasan bagi semua pihak, termasuk masyarakat yang semakin kritis terhadap penegakan hukum di tanah air.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved