Kasus Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek Saat Tidur
Tanggal: 3 Des 2024 12:54 wib.
Kasus tragis dibuat oleh seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dengan inisial MAS yang telah mengejutkan banyak orang. Pada suatu malam, MAS mengambil tindakan mengerikan dengan menghabisi nyawa ayah kandungnya, APW (40) dan neneknya, RM (69) saat keduanya sedang tertidur di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Sabtu (30/11/2024) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Kejadian ini meninggalkan banyak tanda tanya di kalangan masyarakat, terutama dalam hal motif dan latar belakang psikologis pelaku.
Peristiwa menyedihkan ini mengundang reaksi dari berbagai pihak. Saat ini, ibu dari pelaku, yaitu AP (40), berhasil selamat meskipun mengalami luka parah. Namun, hingga saat ini, motivasi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh MAS tersebut masih belum terungkap dengan jelas.
Dari pemeriksaan awal yang telah dilakukan, MAS mengaku bahwa dia mendengar 'bisikan gaib', yang kemudian menjadi motif dari tindakan tragis yang dilakukannya. Dalam menghadapi hal ini, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi memberikan penjelasan terkait kondisi psikis yang mungkin dialami oleh MAS.
Menurut Sari, 'bisikan gaib' yang didengar oleh MAS merupakan salah satu bentuk dari halusinasi auditorik, yang merupakan salah satu gejala dari gangguan psikotik. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan membedakan antara realitas dengan apa yang sebenarnya hanya ada dalam pikirannya.
Hal ini membuat individu tersebut sulit untuk membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga seringkali hal-hal yang hanya ada dalam pikirannya tercampur aduk dengan kenyataan. Selain itu, selain halusinasi auditorik, kondisi psikotik juga bisa berupa halusinasi visual dan sensasi lain di panca indera, seperti di kulit dan lainnya.
Sari juga menambahkan bahwa gejala halusinasi auditorik biasanya terkait dengan kondisi skizofrenia, tetapi diagnosis yang pasti memerlukan pemeriksaan lanjutan terhadap pasien tersebut. Dia juga menyoroti beberapa faktor yang bisa memicu kondisi psikotik, di antaranya adalah stres berlebih, trauma, depresi berat, faktor genetik, hingga cedera pada area kepala.
Kejadian tragis ini memang memunculkan banyak pertanyaan akan kondisi psikologis dari MAS dan juga bagaimana lingkungan sekitarnya melibatkan kasus ini. Dari sini, dapat dilihat perlunya pemeriksaan lebih lanjut terhadap psikis dan kondisi mental remaja dalam lingkungan sekolah dan keluarga.
Kasus-kasus semacam ini juga semakin memberikan urgensi akan perlunya pendekatan psikologis dan kesehatan mental yang lebih serius dalam masyarakat, terutama terkait remaja. Penting untuk memahami bahwa kondisi psikologis seseorang bisa menjadi faktor penentu dalam terjadinya tindak kekerasan seperti ini. Oleh karena itu, perhatian pada kesehatan mental remaja menjadi semakin penting untuk diprioritaskan.
Dengan demikian, menjadi lebih penting untuk memperkuat sistem pendidikan dan kesehatan di masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah, untuk lebih memahami kondisi psikologis para siswa dan memberikan penanganan yang tepat. Pendidikan tentang kesehatan mental dan upaya pencegahan juga harus ditingkatkan, sehingga masyarakat menjadi lebih peka terhadap kondisi psikologis seseorang, tanpa harus menunggu terjadinya kejadian tragis seperti kasus yang melibatkanMAS ini.