Sumber foto: google

Kasus Mutilasi Diduga ODGJ di Garut Terpotong menjadi 12 Bagian

Tanggal: 2 Jul 2024 21:08 wib.
Proses penyelidikan kasus mutilasi yang menggegerkan warga Kampung Babakan Limus, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut Jawa Barat terus berlanjut. Mutilasi yang dilakukan oleh tersangka E terbilang sangat sadis, dengan korban terpotong hingga 12 bagian. 

Menurut Kasat Reskrim Polres Garut, AKP. Ari Rinaldo, 12 potongan tubuh korban termasuk dua tangan yang terpotong menjadi tiga bagian setiap bagian, dua kaki yang terpotong tiga bagian termasuk pinggul, dan bagian badan yang terpisah. "Jadi korban ini bisa dipastikan terpotong menjadi tiga bagian," ujarnya, Selasa 2 Juli 2024. 

Selama ini jasad korban telah menjalani otopsi di RSUD dr Slamet Garut pada Senin, 1 Juli 2024. Sementara itu, tersangka E telah menjalani pemeriksaan kejiwaan oleh seorang dokter ahli jiwa pada hari Senin yang sama, namun hasilnya belum diperoleh. "Kemarin, tersangka E sudah kita periksa ke dokter ahli jiwa, namun hasilnya memang belum ada," ungkap Ari. 

Ari juga menyatakan bahwa pihaknya sampai saat ini belum dapat meminta keterangan dari tersangka. Oleh karena itu, petugas belum bisa mengungkap motif dari kasus pembunuhan dengan cara memutilasi korban yang identitasnya masih misterius. "Tersangka masih belum bisa dimintai keterangan, sehingga kami belum bisa mengungkap motif di balik kasus itu," pungkasnya.

Kasus ini mengundang perhatian yang serius dari masyarakat dan pihak berwenang. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kondisi kesehatan mental tersangka dan korban. Gangguan jiwa atau ODGJ, seperti yang diduga pada pelaku dan korban, menjadi fokus dari penyelidikan kasus ini. Kehadiran gangguan jiwa dalam masyarakat merupakan isu yang penting dan sering kali diabaikan. Banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa menunjukkan pentingnya upaya pencegahan, diagnosis, dan perawatan gangguan jiwa.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2023, terdapat sekitar 32 juta orang dewasa yang menderita gangguan jiwa di Indonesia. Sayangnya, hanya sekitar 10% dari orang yang membutuhkan perawatan gangguan jiwa yang dapat diakses layanan kesehatan jiwa. Masih banyaknya stigma negatif terhadap gangguan jiwa dapat menghambat individu untuk mencari bantuan dan perawatan, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada masyarakat sekitarnya.

Perlu adanya upaya nyata dalam peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang gangguan jiwa serta pentingnya pencegahan kasus-kasus kekerasan yang terkait dengan gangguan jiwa. Pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan jiwa, termasuk diagnosis dini, perawatan, dan terapi. Pelatihan bagi petugas keamanan dan pelayanan kesehatan juga menjadi hal yang penting untuk menangani individu yang diduga mengalami gangguan jiwa dan mencegah kekerasan yang dapat terjadi.

Kasus mutilasi yang terjadi di Garut menjadi reminder bahwa pencegahan, diagnosis, dan perawatan gangguan jiwa perlu menjadi perhatian serius dalam upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera dan aman. Kondisi kesehatan mental seseorang tidak hanya mempengaruhi individu tersebut, tetapi juga dapat membawa konsekuensi yang besar bagi masyarakat sekitarnya. Pentingnya upaya pencegahan dan perawatan gangguan jiwa tidak dapat dipandang sebelah mata, karena hal ini berkaitan langsung dengan keamanan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam kasus konkret seperti kasus mutilasi di Garut, pendekatan yang holistik perlu diterapkan dalam menangani permasalahan ini. Selain menangani kasus secara hukum, aspek kesehatan mental juga harus diperhatikan dengan serius. Upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi individu dengan gangguan jiwa yang terlibat dalam kasus kekerasan perlu menjadi bagian dari penanganan kasus seperti ini. Keterlibatan lintas sektor, termasuk kesehatan, keamanan, dan sosial, menjadi kuncinya dalam menangani kasus-kasus yang melibatkan individu dengan gangguan jiwa untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Kasus mutilasi yang diduga dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa di Garut menjadi panggilan bagi kita semua untuk tidak hanya menangani kasus tersebut secara individual, tetapi juga sebagai tanda bahwa perhatian terhadap kesehatan mental dan upaya pencegahan gangguan jiwa perlu menjadi bagian integral dari pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Pentingnya pendekatan holistik dalam menangani kasus-kasus kekerasan yang terkait dengan gangguan jiwa juga memunculkan pertanyaan tentang keberadaan fasilitas perawatan dan rehabilitasi jiwa yang memadai. Diperlukan peningkatan investasi dalam infrastruktur kesehatan jiwa di tingkat lokal maupun nasional untuk memastikan individu dengan gangguan jiwa dapat mengakses layanan perawatan dan rehabilitasi yang tepat. Selain itu, pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat juga menjadi hal penting dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus kekerasan yang melibatkan orang dengan gangguan jiwa.

Mengingat pentingnya pencegahan, diagnosis, dan perawatan gangguan jiwa dalam masyarakat, kasus mutilasi di Garut harus menjadi momentum untuk refleksi bersama tentang bagaimana kita dapat meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan jiwa di Indonesia. Hal ini juga menjadi ajakan bagi pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat, dan lintas sektor untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa individu dengan gangguan jiwa mendapatkan perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan, sambil juga mencegah terjadinya kekerasan yang terkait dengan gangguan jiwa di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved