Israel Meningkatkan Serangan Udara di Gaza Selatan

Tanggal: 26 Apr 2024 11:31 wib.
Israel melakukan serangan udara intensif di kota Rafah semalam setelah melakukan evakuasi warga sipil dari kota Gaza selatan. Meskipun ada peringatan bahwa serangan ini dapat mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar, Israel tetap melancarkan serangan habis-habisan.

Petugas medis di kantong Palestina yang terkepung melaporkan adanya lima serangan udara Israel di Rafah pada Kamis pagi 25 April 2024. Serangan-serangan ini menghantam sedikitnya tiga rumah dan menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk seorang jurnalis lokal.

Ibrahim Khraishi, duta besar Palestina untuk PBB, mengungkapkan kekhawatiran akan situasi di Rafah. Menurutnya, tingkat kewaspadaan di wilayah tersebut sangat tinggi, dan banyak orang yang takut dengan nasib keluarga mereka. Namun, mereka tidak memiliki tempat untuk pergi karena terkurung di wilayah yang sangat kecil.

Jalur Gaza, yang memiliki luas sekitar 40 km dan lebar antara 5 km hingga 12 km, merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia. Dalam ranah konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan, pasukan Israel kembali melakukan pengeboman di wilayah utara dan tengah Jalur Gaza serta di timur Khan Younis di bagian selatan.

Tujuan utama Israel dalam serangan ini adalah untuk menghancurkan Hamas, meskipun belum jelas bagaimana hal itu akan dilakukan. Ada pula laporan tentang pengeboman oleh pasukan Israel di lokasi persiapan dan dermaga untuk operasi bantuan maritim, yang menyebabkan sebuah tim PBB terpaksa berlindung di bunker setelah daerah tersebut diserang.

Menurut juru bicara pemerintah David Mencer, Kabinet perang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengadakan pertemuan untuk membahas cara menghancurkan sisa-sisa terakhir, seperempat batalyon terakhir Hamas, di Rafah dan di tempat lain. Meskipun begitu, waktu atau apakah operasi darat di Rafah akan dilakukan, tidak diungkapkan.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa Israel telah membunuh sedikitnya 34.305 warga Palestina. Akibat serangan tersebut, sebagian besar daerah perkotaan telah hancur, menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dan mengalami kelangkaan makanan, air, dan perawatan medis.

Seorang pakar PBB yang baru saja melakukan kunjungan ke Yordania dan Mesir mengatakan bahwa lembaga-lembaga bantuan melihat peningkatan jumlah pasien yang menderita kekurangan makanan akut di wilayah kantong tersebut. Dia menyebutkan bahwa kondisi yang dilihatnya di sana sangat menyakitkan, di mana pasien-pasien, termasuk anak-anak, menderita penyakit kronis dan kekurangan gizi parah.

Permasalahan konflik antara Israel dan Palestina melibatkan berbagai pihak, antara lain Hamas yang didukung oleh Iran. Konflik yang meningkat memicu peringatan intensif dari Israel mengenai kemungkinan invasi Rafah, yang saat ini menjadi tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta warga sipil yang melarikan diri dari pasukan Israel jauh ke utara pada awal perang.

Upaya evakuasi dari Rafah telah dilakukan oleh sejumlah keluarga yang mencoba mencari perlindungan di wilayah pesisir al-Mawasi atau menuju titik-titik yang lebih jauh ke utara. Namun, banyak di antara mereka bingung ke mana seharusnya mereka pergi. Mereka mengungkapkan bahwa pengalaman selama 200 hari perang telah mengajarkan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman.

Seorang warga bernama Mohammad Nasser, yang saat ini tinggal di tempat penampungan di Deir Al-Balah di Gaza tengah, mengatakan bahwa mereka telah mengalami kesulitan selama perang. Menurutnya, upaya mencari tempat yang aman hanyalah seperti permainan tikus dan jebakan, dan mereka tidak memiliki tempat yang benar-benar aman.

Israel membalas serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober yang membuat 1.200 orang tewas dan 253 orang disandera, menurut catatan Israel. Sementara itu, Hamas bersumpah untuk menghancurkan Israel sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan mereka di wilayah Palestina.

Kondisi di Jalur Gaza semakin memprihatinkan dengan kedatangan sejumlah pasien yang menderita kondisi kesehatan yang memburuk akibat dari kekurangan makanan yang mereka alami. Dengan adanya konflik yang terus berlanjut, kebutuhan akan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut menjadi semakin urgent.

Dari berbagai informasi yang telah disampaikan, konflik di Israel dan Gaza semakin memperlihatkan dampak humaniter yang sangat besar bagi warga sipil di wilayah tersebut. Perlunya upaya dari berbagai pihak, baik lokal maupun internasional, untuk mencari solusi yang dapat mengakhiri konflik dan meringankan penderitaan yang dialami oleh masyarakat Palestina.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved