Sumber foto: Google

Ibu Ronald Tannur Nyesal Pakai Lisa Jadi Pengacara Anaknya: Jahat Sekali Dia!

Tanggal: 20 Mei 2025 11:38 wib.
Tampang.com | Ibunda Ronald Tannur, Meirizka Widjaja, mengungkapkan rasa penyesalannya setelah menggunakan jasa Lisa Rachmat sebagai pengacara anaknya dalam kasus kematian Dini Sera Afrianti. Dalam sebuah wawancara, Meirizka menuturkan kekecewaannya dan meminta agar publik dapat memahami situasi yang dihadapinya. Ia merasa terjebak di tengah skandal suap yang melibatkan vonis bebas Ronald, yang ternyata jauh dari harapannya.

Meirizka mengaku bahwa Ronald tidak memiliki pengetahuan bahwa dia akan divonis bebas. Lebih mengguncang lagi, ia menjelaskan bahwa anaknya tidak pernah menyampaikan ucapan terima kasih atas hasil vonis tersebut. "Saya merasa sangat kecewa. Seharusnya dia tahu bagaimana seharusnya bersikap," kata Meirizka. Penilaian ini menunjukkan, betapa proses hukum yang tidak semestinya itu bisa membawa dampak emosional yang besar bagi seluruh keluarga.

Dalam kasus ini, disebutkan bahwa Ronald didakwa memberi suap lebih dari Rp 4 miliar kepada hakim melalui Lisa. Jumlah yang fantastis ini tentu saja memunculkan tanya bagi banyak pihak mengenai integritas sistem hukum di Indonesia. Meirizka bahkan menyesali keputusannya untuk mempercayakan urusan hukum Ronald kepada Lisa. Dari penjelasan Meirizka, ia merasa Lisa hanya mengejar keuntungan materiil tanpa memikirkan dampak hukum yang lebih besar.

Kasus ini juga melibatkan tiga hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang kini terjerat dalam skandal yang sama. Ini menambah menjadi sorotan atas penanganan hukum di Indonesia. Tidak hanya itu, sosok terkenal seperti Zarof Ricar juga terjerat dalam perkara ini, dan kabar begitu mencengangkan membuat banyak orang bertanya-tanya tentang integritas profesi hukum.

Meirizka mengaku merasa diseret ke dalam kasus suap vonis bebas Ronald, yang benar-benar di luar dugaannya. "Saya tidak pernah tahu bahwa semua ini akan berakhir begini. Lisa yang saya percayakan justru membuat segalanya semakin rumit," ujarnya dengan nada kesal. Kekecewaan ini semakin bertambah ketika ia mengetahui berita mengenai langkah hukum yang diambil atas kasus suap tersebut.

Seiring berjalannya waktu, kasus ini menjadi semakin kompleks dan menarik perhatian media. Berita tentang pengacara dan hakim yang terlibat dalam praktik korupsi ini menggarisbawahi betapa rentannya sistem hukum saat ini. Banyak kalangan mulai mempertanyakan proses pengadilan dan keadilan yang seharusnya didapat oleh korban, seperti Dini Sera Afrianti. Apakah benar keadilan bisa ditegakkan ketika hukum sudah dicemari oleh uang?

Melalui wawancara tersebut, penyesalan Meirizka tidak hanya sebagai ibu, tetapi juga sebagai warga negara. Ia berharap bahwa kasus ini akan menjadi pelajaran bagi semua orang, khususnya dalam memilih pengacara yang benar-benar memiliki integritas. "Saya tidak ingin kejadian ini menimpa orang lain. Hati-hati dalam memilih," tegasnya. Ucapan tersebut adalah pengingat bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan hukum.

Tidak dapat dipungkiri, ketidakpastian dan ketidakadilan yang terjadi dalam kasus ini dapat menjadi gambaran betapa korupnya beberapa aspek di institusi hukum. Adanya keterlibatan oknum pengacara dan hakim dalam praktik suap mengakibatkan keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan. Tentu saja, untuk membangun kembali kepercayaan tersebut butuh waktu dan usaha yang tidak sedikit.

Meirizka juga mengingat kembali bagaimana perjuangannya sejak awal memberikan dukungan kepada Ronald. "Saya ingin dia mendapatkan yang terbaik. Tidak pernah terlintas di pikiran saya kalau ini akan menjadi bumerang," ujarnya dengan suara bergetar. Harapan Meirizka untuk keadilan bagi anaknya kini ternodai oleh skandal yang mengejutkan ini.

Sejalan dengan pengakuan Meirizka, muncul pertanyaan lebih besar mengenai pemahaman hukum di masyarakat. Apakah cukup hanya mengandalkan pengacara tanpa mengetahui rekam jejak dan visi moralnya? Kasus ini seharusnya bisa menjadi bahan renungan, bukan hanya bagi keluarga Ronald, tetapi bagi semua pihak yang terlibat dalam sistem hukum. Pertanyaannya, bisakah sejarah diubah ketika kepercayaan telah hampir punah? 

Dengan semua tahapan yang harus dilalui, publik menunggu perkembangan lanjutan dari kasus ini. Meirizka yang penuh harapan kini harus menghadapi kenyataan pahit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved