Drama Thailand 'The Empress of Ayodhaya': Kontroversi Adegan Bius Kucing
Tanggal: 15 Nov 2024 12:23 wib.
Sebuah drama kolosal produksi Thailand, The Empress of Ayodhaya, kini tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial dan masyarakat global. Drama yang dibintangi oleh aktris cantik Mai Davika ini menuai kontroversi atas adegan kekejaman terhadap seekor hewan yang disinyalir telah dilakukan dengan disengaja.
Pada episode tertentu dalam serial, terdapat adegan di mana seekor kucing hitam bernama Samli diduga sengaja dibius. Kucing ini kemudian terlihat meminum larutan dari piring saji sebelum akhirnya mengalami kejang-kejang dan meninggal dalam sebuah adegan dramatis.
Tentu saja, tidak mengherankan jika hal ini menuai reaksi keras dari publik. Banyak pihak, termasuk kelompok hak asasi hewan, mengecam adegan ini dan menuntut agar serial tersebut dilarang tayang hingga penyelidikan lebih lanjut dilakukan.
Menurut pemberitaan South China Morning Post pada Rabu 13 November 2024, departemen pengembangan ternak telah diperintahkan untuk melakukan penyelidikan atas insiden ini. Mereka mendesak untuk memeriksa apakah proses pembiusan kucing tersebut telah melanggar Undang-Undang Kekejaman terhadap Hewan.
Tindakan dari pihak produser pun menuai sorotan tajam. Channel One31 selaku stasiun televisi yang menayangkan drama ini telah meminta maaf kepada pemirsa dan menegaskan komitmennya terhadap keselamatan hewan. Mereka menyatakan telah menyewa seorang ahli pemodelan hewan profesional dan pemilik kucing untuk memastikan bahwa adegan tersebut direkam dengan prosedur yang aman dan etis.
Namun, respons negatif terhadap aksi ini tidak surut begitu saja. Dewan Kedokteran Hewan Thailand menyatakan kekhawatirannya bahwa pembiusan kucing dapat berdampak buruk terhadap sirkulasi darah dan sistem pernapasannya, terutama jika tidak dilakukan di bawah pengawasan para ahli.
Sutradara Sant Srikaewlaw merespons kontroversi ini dengan menyatakan rasa sedihnya atas adegan yang menyayat hati tersebut. Ia berjanji akan mengunggah video hasil pemeriksaan kesehatan tertulis untuk membuktikan bahwa kucing itu dalam keadaan aman dan sehat.
Tidak hanya itu, berbagai komentar pedas juga bermunculan di media sosial. Sejumlah netizen bahkan menyatakan tuntutan agar Thailand mencabut izin operasi stasiun televisi yang menayangkan drama ini.
Organisasi hak asasi hewan PETA juga turut angkat suara terkait insiden ini. Mereka menyebut pembiusan kucing tersebut sebagai tindakan ceroboh dan berbahaya yang tak seharusnya terjadi dalam sebuah produksi hiburan. PETA juga menanyakan mengapa sutradara tidak menggunakan teknologi citra buatan komputer (CGI) atau animatronik untuk adegan kontroversial tersebut.
Sebagai perbandingan, produksi film Anatomy of a Fall, yang dinominasikan untuk Oscar, menggunakan teknologi CGI dan pelatihan khusus untuk adegan yang melibatkan hewan. Sebuah anjing dalam film tersebut dilatih untuk berpura-pura mati, sebuah pertunjukkan yang membuat hewan tersebut memenangkan penghargaan Palm Dog di Festival Film Cannes, Prancis.
Semua peristiwa ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap kesejahteraan hewan dalam industri hiburan masih menjadi isu yang penting. Penting bagi semua pihak terkait untuk belajar dari kasus ini agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Dalam menanggapi kontroversi ini, industri hiburan dan masyarakat pada umumnya diharapkan merenung, agar produksi hiburan lebih memperhatikan tata cara dan etika dalam penggunaan hewan dalam proses pembuatan karya seni. Keamanan dan keselamatan hewan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap produksi hiburan, tanpa mengorbankan kesejahteraan makhluk hidup lainnya untuk tujuan hiburan semata.