Awal Mula Pembakaran Mobil Polisi, Ketua GRIB Todongkan Senjata ke Pekerja di Depok
Tanggal: 17 Mei 2025 13:05 wib.
Pada Senin, 23 Desember 2024, pergolakan di Depok pecah ketika Ketua GRIB, Tony Simanjuntak, melakukan aksi pengancaman bersenjata yang mengguncang ketentraman masyarakat. Dalam insiden tersebut, Tony, yang dikenal sebagai sosok kontroversial, menunjukkan kekerasan dengan menodongkan senjata kepada seorang pekerja. Aksi nekat ini dinilai sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaannya dan menunjukkan dominasi terhadap anggota kelompoknya serta pihak berwenang.
Ketegangan tersebut memuncak pada Jumat, 18 April 2025, ketika pihak kepolisian berusaha untuk menangkap Tony Simanjuntak secara paksa. Namun, saat aparat melakukan penangkapan, kelompok Tony melawan dengan brutal. Dalam perlawanan yang terjadi, mereka tidak hanya melawan secara fisik tetapi juga melakukan pembakaran mobil polisi sebagai bentuk protes dan penolakan terhadap penangkapan tersebut. Aksi pembakaran mobil polisi ini menciptakan kepanikan dan ketakutan di kalangan masyarakat.
Investigasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian mengungkap bahwa aksi pembakaran itu dilakukan atas perintah langsung dari Tony Simanjuntak melalui video call kepada tiga orang anggota kelompoknya. Dari ketiga orang tersebut, dua di antaranya kini masih buron, sementara satu lainnya berhasil ditangkap dan sedang menjalani proses hukum. Video call tersebut menunjukkan bahwa Tony masih memiliki kendali besar atas kelompoknya meski dalam situasi terdesak.
Kejadian ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat dan pihak berwenang. Banyak yang mempertanyakan sejauh mana pengaruh Tony dalam menggiring anggotanya untuk melakukan tindakan kriminal. Tindakan pengancaman bersenjata yang dilakukannya tidak hanya dipandang sebagai kejahatan biasa, tetapi juga sebagai ancaman serius terhadap keamanan publik. Pihak kepolisian setempat menganggap bahwa tindakan ini merupakan bagian dari rangkaian aksi kriminal yang lebih besar, termasuk pencurian dan pemaksaan yang melibatkan anggota GRIB.
Media sosial juga ramai membahas mengenai tindakan ketua GRIB ini. Berbagai komentar dan opini bermunculan, ada yang mengecam aksi kekerasan tersebut, namun tidak sedikit pula yang mencemooh tindakan kepolisian yang dianggap lambat merespons kondisi ini. Tentu saja, hal ini menciptakan perdebatan panas di kalangan netizen yang terpecah dalam mendukung atau menentang tindakan yang dilakukan oleh Tony Simanjuntak dan kelompoknya.
Kasus ini semakin rumit dengan munculnya dugaan keterlibatan pihak-pihak lain yang mungkin mendukung atau melindungi Tony. Kepolisian berjanji akan mengusut tuntas asal-usul senjata yang digunakan serta memantau jaringan yang berpotensi mendukung tindakan kriminal kelompok GRIB. Upaya ini diharapkan bisa mengungkap lebih jauh tentang struktur organisasi yang dipimpin Tony dan mencegah munculnya aksi serupa di masa depan.
Di tengah situasi yang mencekam ini, harapan masyarakat akan keadilan tidak padam. Mereka menantikan tindakan tegas dari aparat keamanan untuk menindak siapa pun yang terlibat dalam aksi kekerasan dan pelanggaran hukum. Kejadian pengancaman bersenjata oleh Ketua GRIB dan pembakaran mobil polisi ini meninggalkan jejak yang dalam di masyarakat, menuntut perhatian lebih terhadap isu keamanan dan penegakan hukum yang ada.