Sumber foto: google image

WHO Desak Dana Lebih untuk Kesehatan Mental Hindari Kerugian Triliunan

Tanggal: 25 Okt 2025 12:44 wib.
Prevalensi Gangguan Kesehatan Mental Global yang Mengkhawatirkan

Kesehatan mental kini menjadi isu krusial yang tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Di seluruh penjuru dunia, jutaan individu bergulat dengan berbagai bentuk gangguan kejiwaan setiap harinya. Fenomena ini telah mencapai taraf yang mengkhawatirkan, menuntut perhatian serius dari semua pihak.

Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggarisbawahi skala permasalahan ini dengan jelas. Hasil studi menunjukkan dampak yang jauh lebih luas dari yang mungkin kita bayangkan. Situasi ini bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang individu-individu nyata di baliknya.

Berikut adalah gambaran prevalensi gangguan kesehatan mental secara global:


Data WHO terbaru menunjukkan lebih dari satu miliar individu di seluruh dunia terdampak gangguan kesehatan mental.
Kecemasan dan depresi merupakan jenis gangguan yang paling dominan, memengaruhi jutaan orang dari berbagai latar belakang.


Angka lebih dari satu miliar ini bukan sekadar statistik. Angka tersebut merepresentasikan orang tua, anak-anak, remaja, dan dewasa yang menghadapi tantangan berat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Gangguan kecemasan dapat membuat seseorang merasa terus-menerus khawatir dan sulit berfungsi. Sementara itu, depresi dapat merenggut energi, kebahagiaan, dan semangat hidup. Kedua kondisi ini, jika tidak ditangani, dapat mengganggu kualitas hidup secara signifikan.

Kerugian Ekonomi yang Masif Akibat Kesehatan Mental yang Buruk

Dampak dari krisis kesehatan mental ini tidak hanya terasa pada tingkat individu. Kesehatan mental yang buruk juga menimbulkan konsekuensi ekonomi yang sangat besar dan membebani sistem global. Hal ini merupakan masalah yang merugikan semua pihak, dari individu hingga negara. Kerugian ekonomi ini sering kali tidak terlihat secara langsung, namun pengaruhnya sangat nyata.

Fokus utama dari kerugian ini adalah hilangnya produktivitas. Ketika seseorang berjuang dengan kesehatan mentalnya, kemampuannya untuk bekerja secara efektif akan menurun. Ini bisa berarti absensi yang sering, penurunan kinerja, atau bahkan ketidakmampuan untuk mempertahankan pekerjaan. Oleh karena itu, investasi dalam kesehatan mental juga merupakan investasi ekonomi.

Dua poin utama yang menggambarkan dampak ekonomi tersebut adalah:


Biaya ekonomi akibat depresi dan kecemasan diperkirakan mencapai US$1 triliun per tahun secara global.
Penyebab utama dari kerugian ekonomi ini adalah hilangnya produktivitas tenaga kerja.


Bayangkan dampak dari US$1 triliun yang hilang setiap tahunnya. Jumlah ini bisa dialokasikan untuk pembangunan, pendidikan, atau inovasi. Hilangnya produktivitas tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga perusahaan, industri, dan perekonomian nasional. Karyawan yang mengalami depresi atau kecemasan mungkin hadir di tempat kerja, tetapi tidak dapat fokus atau memberikan kontribusi terbaik mereka, sebuah fenomena yang dikenal sebagai presenteeism. Ini adalah kerugian ganda yang membutuhkan perhatian segera.

Investasi Minim dalam Sektor Kesehatan Mental

Meskipun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental terus meningkat, upaya nyata sering kali masih tertinggal. Banyak negara telah membuat kemajuan dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik. Namun, kebijakan tersebut seringkali tidak didukung dengan alokasi sumber daya yang memadai. Ini menciptakan kesenjangan antara niat baik dan implementasi yang efektif.

Kesenjangan ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat angka anggaran yang dialokasikan. Anggaran untuk kesehatan mental jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor kesehatan lainnya. Padahal, dampak kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kurangnya investasi ini menghambat pengembangan layanan yang dibutuhkan.

Berikut adalah gambaran mengenai minimnya investasi di sektor ini:


Banyak negara telah memperbaiki kebijakan terkait kesehatan jiwa.
Anggaran kesehatan mental rata-rata hanya 2% dari total anggaran kesehatan nasional.


Angka 2% ini sungguh mencengangkan, terutama mengingat prevalensi gangguan kesehatan mental yang begitu tinggi. Ini berarti layanan kesehatan mental seringkali kurang memadai, tidak terjangkau, atau tidak tersedia sama sekali bagi banyak orang. Sebagai contoh, di banyak daerah, antrean untuk mendapatkan terapi atau konseling bisa sangat panjang. Biaya layanan juga seringkali menjadi penghalang bagi mereka yang membutuhkan. Investasi yang rendah ini memperparah masalah, menciptakan siklus kesulitan yang berkelanjutan bagi individu dan masyarakat.

Desakan WHO untuk Peningkatan dan Integrasi Layanan Kesehatan Jiwa

Melihat skala masalah dan minimnya respons yang ada, WHO secara tegas mendesak perubahan signifikan. Organisasi kesehatan global ini menekankan pentingnya peningkatan drastis dalam pelayanan dan pendanaan. Tanpa langkah-langkah konkret ini, kerugian kesehatan dan ekonomi di masa depan hanya akan semakin membesar. Ini adalah panggilan untuk bertindak yang tidak bisa diabaikan.

Salah satu solusi kunci yang diusulkan adalah integrasi kesehatan jiwa ke dalam layanan kesehatan dasar. Ini berarti bahwa pemeriksaan dan dukungan kesehatan mental tidak lagi menjadi layanan terpisah dan terstigmatisasi. Sebaliknya, layanan tersebut harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan rutin. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat layanan lebih mudah diakses dan mengurangi stigma.

Ada tiga poin penting dalam desakan WHO ini:


Diperlukan peningkatan pelayanan dan pendanaan yang substansial untuk kesehatan mental.
Kesehatan jiwa harus diintegrasikan secara penuh ke dalam layanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah untuk mencegah kerugian kesehatan dan ekonomi yang lebih besar di masa depan.


Integrasi ke layanan kesehatan dasar akan memungkinkan deteksi dini dan intervensi yang lebih cepat. Dokter umum atau perawat di puskesmas, misalnya, dapat dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal gangguan mental. Mereka kemudian bisa memberikan dukungan awal atau merujuk pasien ke spesialis yang tepat. Pendekatan ini akan membuat perawatan kesehatan mental menjadi lebih inklusif dan preventif. Dengan investasi yang tepat dan integrasi yang efektif, kita dapat membangun masyarakat yang lebih sehat dan tangguh secara mental. Ini adalah langkah krusial menuju masa depan yang lebih baik bagi semua.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved