Waspada! Lonjakan Kasus Sifilis di Indonesia: Fakta Mengejutkan Tentang Penyakit 'Raja Singa' yang Mengincar Generasi Muda
Tanggal: 28 Jun 2025 09:38 wib.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia tengah menghadapi situasi darurat terkait meningkatnya kasus Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya sifilis atau yang lebih dikenal sebagai penyakit raja singa. Berdasarkan laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), jumlah kasus sifilis melonjak tajam dan kini mendominasi hampir separuh dari total kasus IMS di tanah air.
Data Terkini: Ribuan Kasus Dalam Kurun Waktu Singkat
Periode Juni 2024 hingga Maret 2025 mencatat angka yang mengkhawatirkan. Ada sebanyak 10.681 kasus sifilis dini dan 8.336 kasus sifilis aktif yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa penyebaran penyakit menular seksual ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Ina Agustina, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dalam sebuah konferensi pers daring pada 20 Juni 2025, menyampaikan bahwa sifilis menyumbang 48 persen dari seluruh kasus IMS yang tercatat di Indonesia. Posisi kedua ditempati oleh servisitis proktitis, yaitu peradangan pada serviks (leher rahim).
Sifilis Menyerang Usia Muda
Lebih lanjut, Ina mengungkapkan bahwa lonjakan kasus sifilis dan IMS lainnya paling signifikan terjadi pada kelompok usia remaja 15–19 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa generasi muda merupakan kelompok paling rentan terhadap infeksi menular seksual.
Faktor-faktor utama penyebab peningkatan kasus ini meliputi:
Kurangnya edukasi seks yang komprehensif
Perilaku seksual berisiko
Akses terbatas terhadap layanan kesehatan reproduksi
Selain sifilis, kalangan muda dan dewasa muda juga tercatat rentan terhadap IMS lain seperti klamidia, gonore, herpes genital, hingga infeksi HPV (Human Papillomavirus).
Bagaimana Sifilis Menyebar?
Sifilis merupakan infeksi bakteri yang ditularkan melalui kontak langsung dengan luka (chancre) yang biasanya muncul pada alat kelamin, dubur, atau mulut. Penularannya dapat terjadi selama aktivitas seksual, baik itu vaginal, anal, maupun oral.
Tak hanya itu, sifilis juga bisa menular dari ibu ke bayi selama masa kehamilan atau proses persalinan, serta dalam beberapa kasus melalui ASI. Penularan ini tentu membahayakan, karena bayi yang tertular dapat mengalami komplikasi serius atau bahkan meninggal dunia.
Jenis-Jenis dan Gejala Sifilis
Sifilis berkembang melalui beberapa tahap, dan masing-masing memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah penjelasan tahap-tahap infeksi sifilis:
1. Sifilis Primer
Tahap awal ini ditandai dengan munculnya luka kecil (chancre) di area tempat bakteri masuk ke tubuh. Biasanya terjadi 10–90 hari setelah paparan, dan sering kali tidak terasa sakit. Luka ini bisa muncul di sekitar alat kelamin, mulut, atau anus, dan sangat menular.
2. Sifilis Sekunder
Beberapa minggu setelah luka chancre hilang, penderita mungkin mengalami ruam di telapak tangan dan kaki. Dalam beberapa kasus, muncul kutil kelamin atau sariawan. Gejala ini bisa hilang dengan sendirinya, tapi infeksi tetap berkembang jika tidak ditangani.
3. Sifilis Laten
Tahap ini tidak menunjukkan gejala sama sekali. Meskipun tampak sehat, bakteri masih hidup dalam tubuh dan tetap bisa menular. Tahap ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun tanpa disadari.
4. Sifilis Tersier
Jika tidak diobati, infeksi dapat memasuki tahap paling parah, yakni sifilis tersier. Kerusakan permanen pada organ tubuh, termasuk jantung, otak, dan saraf bisa terjadi. Tahap ini muncul 10–30 tahun setelah infeksi pertama kali masuk ke tubuh.
Ancaman Sifilis Bagi Kesehatan Nasional
Meningkatnya kasus sifilis bukan hanya menjadi persoalan individu, tetapi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat nasional. Bila tidak ditangani serius, dampaknya akan meluas ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari kualitas hidup, kesehatan reproduksi, hingga ekonomi keluarga dan negara.
Pentingnya deteksi dini, edukasi seksual yang memadai, dan akses layanan kesehatan reproduktif yang terbuka dan tidak diskriminatif harus menjadi fokus utama pemerintah maupun masyarakat.
Langkah Pencegahan yang Perlu Dilakukan
Untuk menekan laju penyebaran sifilis dan IMS lainnya, berikut beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan:
Menggunakan kondom secara konsisten dan benar saat berhubungan seksual
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan seksual, terutama bagi yang aktif secara seksual
Menghindari berganti-ganti pasangan tanpa perlindungan
Meningkatkan edukasi seksual bagi remaja dan masyarakat umum
Segera konsultasi ke tenaga medis jika mengalami gejala mencurigakan
Saatnya Bergerak Bersama Melawan Sifilis
Wabah sifilis di Indonesia menunjukkan bahwa edukasi kesehatan seksual belum merata, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Kasus yang terus meningkat ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, hingga generasi muda itu sendiri.
Dengan memahami gejala, cara penularan, dan bahaya jangka panjangnya, kita dapat bersama-sama mencegah penyebaran sifilis dan menciptakan generasi yang sehat secara fisik maupun mental.