Waspada Kanker Kolorektal: Ancaman Serius bagi Generasi Muda Indonesia
Tanggal: 10 Mar 2025 04:43 wib.
Kanker kolorektal, yang juga dikenal sebagai kanker usus besar, merupakan salah satu jenis kanker yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Berdasarkan laporan dari International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2022, kanker kolorektal menduduki posisi ketiga dalam insiden kasus kanker. Dengan total kasus mencapai 25.997, kanker ini berada di belakang kanker serviks yang mencatat sekitar 25.997 kasus, serta kanker payudara yang memiliki angka kasus mendekati 50 ribu. Peningkatan angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah kanker kolorektal di masyarakat.
Menariknya, dari total kasus tersebut, terdapat tren yang mencolok terkait usia pasien. Sekitar 1.400 pasien didiagnosis dengan kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun. Dalam kelompok ini, ada 968 kasus pada usia 30 hingga 39 tahun, dan 446 kasus lainnya terjadi pada usia 20 hingga 29 tahun. Fenomena ini menunjukkan bahwa kanker kolorektal tidak hanya menyerang populasi lanjut usia, tetapi juga semakin menyerang anak muda.
Prof. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menegaskan bahwa banyak kasus kanker kolorektal yang ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Hal ini tentu sangat mengecewakan, mengingat peluang pasien untuk sembuh di stadium awal jauh lebih tinggi.
Menurut observasi Prof. Ari, pasien biasanya datang ketika penyakit sudah berlanjut ke stadium 3 atau 4, ketika gejala khas mulai muncul seperti berdarah saat buang air besar, kesulitan untuk buang air besar, hingga muntah. Gejala-gejala ini menandakan bahwa tumor telah tumbuh cukup besar, bahkan dapat menutup saluran usus.
Salah satu faktor utama peningkatan kasus kanker kolorektal, terutama di kalangan anak muda, adalah gaya hidup yang tidak sehat. Dengan kondisi sedentary lifestyle yang kian marak serta pola makan yang tinggi daging merah dan rendah serat, risiko terkena kanker kolorektal dapat meningkat. Pola makan yang kurang sehat, termasuk kebiasaan mengonsumsi makanan olahan dan kurangnya asupan serat dari buah serta sayuran, turut berkontribusi pada risiko penyakit ini.
Prof. Ari menekankan bahwa saat ini deteksi dini terhadap kanker kolorektal di Indonesia masih rendah. Pemerintah belum menerapkan program skrining masal untuk mengidentifikasi kanker lebih awal di masyarakat. Tanpa upaya ini, jumlah kasus kanker kolorektal akan terus meningkat, terutama di kelompok usia muda. Dalam waktu lima tahun ke depan, IARC memprediksi bahwa kasus kanker kolorektal di usia muda bisa meningkat hingga empat kali lipat untuk mereka yang berusia di bawah 40 tahun.
Berbagai gejala awal kanker kolorektal yang sering terlambat dikenali oleh pasien adalah perubahan pola buang air besar, seperti diare atau sembelit yang berkepanjangan. Gejala lainnya antara lain perubahan konsistensi tinja, nyeri perut yang tidak kunjung reda, serta penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Ketika gejala-gejala ini muncul, banyak orang cenderung mengabaikannya, berpikir itu hanya gangguan pencernaan biasa, dan tidak segera memeriksakan diri ke dokter.
Selain itu, gaya hidup modern yang mengedepankan kecepatan dan kenyamanan membuat banyak orang memilih makanan cepat saji yang tidak sehat. Kurangnya aktivitas fisik dan rutin duduk dalam waktu lama di tempat kerja atau saat bersantai di rumah juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko. Dengan adanya kebiasaan seperti ini, jumlah penderita kanker kolorektal di kalangan anak muda diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Penting untuk memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat, khususnya generasi muda, tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat. Ini termasuk diet seimbang yang kaya serat, melakukan olahraga secara teratur, serta rutin memeriksakan kesehatan. Upaya preventif seperti ini diharapkan dapat membantu menekan angka kejadian kanker kolorektal, jika tidak, kanker ini akan terus menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Dengan kesadaran dan penanganan yang tepat, dapat diharapkan bahwa angka kejadian kanker kolorektal, khususnya pada anak-anak muda, dapat diminimalisir. Dalam masyarakat yang semakin terbuka terhadap isu kesehatan, dialog dan diskusi seputar kanker kolorektal perlu ditingkatkan. Melalui peningkatan pengetahuan, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap gejala dan melakukan langkah pencegahan yang diperlukan untuk mencegah kanker kolorektal.
Dengan demikian, kita bisa berharap akan ada perubahan positif dalam cara masyarakat menanggapi dan mengatasi masalah kanker kolorektal. Mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik melalui pola hidup sehat menjadi tanggung jawab bersama, demi generasi yang lebih baik dan sehat.