Sumber foto: iStock

Waspada! 73% Jamaah Haji Indonesia Punya Penyakit Komorbid: Ini Risiko Kesehatannya dan Langkah Pencegahannya

Tanggal: 18 Apr 2025 18:20 wib.
Tahukah kamu bahwa mayoritas jamaah haji Indonesia memiliki penyakit penyerta yang berpotensi membahayakan kesehatan selama menjalankan ibadah di tanah suci? Fakta mengejutkan ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan RI dalam penyelenggaraan haji tahun 2024. Berdasarkan data resmi, sebanyak 73% jamaah haji Indonesia tahun ini memiliki komorbid, termasuk hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung—yang semuanya merupakan pemicu utama risiko kesehatan serius selama berhaji di Arab Saudi.

Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Terintegrasi PPIH Arab Saudi yang digelar di Jakarta, Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, menyampaikan bahwa proporsi jamaah dengan komorbid ini tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. “Sekitar 72% hingga 73% jamaah memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan jantung,” ujarnya, dikutip dari situs resmi Kemenkes RI pada Kamis (17/4/2025).

Lansia Mendominasi, Risiko Kesehatan Meningkat

Tak hanya penyakit penyerta, usia lanjut juga menjadi tantangan besar dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pada tahun 2024, sebanyak 37% dari total jamaah berasal dari kelompok lansia, yaitu usia 60 tahun ke atas. Meski sedikit menurun dibanding tahun 2023 yang mencapai 44%, angka ini masih menunjukkan bahwa proporsi jamaah lansia sangat tinggi.

Kondisi kesehatan lansia yang rentan memperbesar potensi komplikasi selama menjalankan ibadah haji. Mereka bukan hanya harus menghadapi tantangan fisik akibat aktivitas ibadah yang padat, tapi juga risiko paparan cuaca ekstrem dan infeksi menular, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

Penyakit Jantung: Pembunuh Utama Jamaah Haji

Statistik kesehatan jamaah haji tahun ini menunjukkan penyakit jantung sebagai penyebab kematian tertinggi, menyumbang 37,9% dari total 461 kematian jamaah haji tahun 2024. Dari angka tersebut, 80,5% merupakan jamaah berusia di atas 60 tahun.

“Data hari terakhir penyelenggaraan haji menunjukkan terdapat 461 jamaah yang wafat, dan penyebab tertingginya adalah penyakit jantung,” ungkap Liliek.

Penyakit jantung pada lansia memang menjadi tantangan medis tersendiri, terutama saat harus menjalani aktivitas ibadah yang intens seperti tawaf, sai, dan wukuf di Arafah. Keletihan, dehidrasi, serta paparan suhu tinggi di Arab Saudi dapat memperparah kondisi kesehatan mereka.

Gangguan Pernapasan Jadi Ancaman Serius

Selain penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan pneumonia juga masuk dalam daftar penyakit yang kerap dialami jamaah, terutama kelompok lansia dan yang memiliki riwayat penyakit kronis. Suasana padat dan bercampurnya jamaah dari berbagai negara meningkatkan potensi penularan virus dan bakteri.

Pneumonia bisa menjadi sangat berbahaya, terutama bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Tanpa penanganan cepat, penyakit ini dapat berkembang menjadi komplikasi yang berujung pada kematian.

Strategi Kemenkes: Haji Lebih Ramah Lansia dan Disabilitas

Melihat fakta ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengusung tema “Haji Ramah Lansia dan Disabilitas” pada tahun 1446H/2025M. Sebagai upaya konkret, ada empat kebijakan strategis yang telah disiapkan untuk menekan angka kematian dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan haji:



Penguatan Pembinaan Kesehatan di Masa Tunggu
Edukasi dan pembinaan kesehatan sejak masa tunggu haji menjadi langkah awal untuk membiasakan jamaah menjaga kondisi tubuh agar tetap prima sebelum berangkat ke tanah suci.


Pemeriksaan Istitaah Kesehatan yang Terstandardisasi
Pemeriksaan ini memastikan jamaah benar-benar dalam kondisi layak untuk menjalankan ibadah secara fisik. Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh dengan standar medis yang telah ditetapkan.


Pengembangan Sistem Rekam Medis Elektronik (RME)
Sistem digital ini memungkinkan tenaga medis untuk memantau riwayat kesehatan jamaah secara real-time, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.


Penguatan Layanan Kesehatan di Arab Saudi
Termasuk penyediaan dokter spesialis, peralatan medis seperti X-ray mobile dan echocardiogram (alat USG jantung), serta fasilitas penunjang lainnya. Tujuannya adalah agar layanan kesehatan tetap optimal dan responsif selama jamaah berada di tanah suci.



Membangun Kesiapan Fisik dan Mental Sebelum Haji

Perjalanan haji bukan hanya soal kesiapan spiritual, tetapi juga kesiapan fisik yang tidak bisa diabaikan. Apalagi dengan tingginya angka komorbid dan dominasi jamaah lansia, maka penting bagi para calon haji untuk mulai mempersiapkan diri sejak jauh hari.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:



Rutin memeriksakan kesehatan ke fasilitas layanan kesehatan


Mengikuti program pembinaan kesehatan calon haji di daerah


Mengatur pola makan dan olahraga untuk menjaga kondisi tubuh


Memahami kondisi tubuh sendiri dan tidak memaksakan diri selama beribadah



Dengan begitu, harapan untuk menunaikan ibadah haji dengan lancar dan selamat bisa lebih besar.

Haji Aman Dimulai dari Diri Sendiri

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang memerlukan kesiapan menyeluruh. Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk melindungi jamaah, namun peran individu dalam menjaga kesehatannya sendiri tetap yang paling utama.

Dengan kesadaran tinggi dan upaya preventif sejak dini, ibadah haji yang penuh berkah bisa dijalankan dengan lebih tenang dan aman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved