Sumber foto: Google

Waktu Tidur Masyarakat Indonesia Kian Menyusut, Apa Dampaknya bagi Kesehatan?

Tanggal: 9 Mei 2025 20:47 wib.
Tampang.com | Semakin padatnya aktivitas, lembur kerja yang tak berkesudahan, hingga kebiasaan scrolling media sosial larut malam menjadi penyebab utama menurunnya durasi tidur masyarakat Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan dan Sleep Foundation, rata-rata orang dewasa di Indonesia kini hanya tidur sekitar 5–6 jam per malam—jauh dari standar sehat 7–9 jam yang dianjurkan.

Fenomena ini bukan hanya berdampak pada kebugaran, tapi juga berisiko meningkatkan berbagai penyakit kronis.

Kurang Tidur, Risiko Penyakit Meningkat
Penelitian membuktikan bahwa tidur yang kurang dan tidak berkualitas berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit jantung, hipertensi, obesitas, diabetes, bahkan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

“Tidur bukan sekadar waktu istirahat. Ini adalah proses biologis penting untuk meregenerasi sel tubuh, menjaga sistem imun, dan mengatur hormon,” jelas dr. Fitri Artiwinata, dokter spesialis gangguan tidur dari RSUP Persahabatan.

Ia menambahkan bahwa kebiasaan kurang tidur perlahan akan menurunkan produktivitas, memengaruhi konsentrasi kerja, dan meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas maupun kerja.

Gadget Menjadi Musuh Utama Tidur Berkualitas
Salah satu penyebab utama turunnya kualitas tidur adalah penggunaan gadget sebelum tidur. Paparan cahaya biru dari layar smartphone dan laptop mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur ritme tidur.

“Kita sering tidak sadar, niatnya cuma cek notifikasi lima menit, tapi akhirnya malah scrolling satu jam. Ini yang membuat tubuh sulit memasuki fase tidur dalam,” kata dr. Fitri.

Survei lokal menunjukkan lebih dari 60% responden menggunakan ponsel setidaknya 30 menit sebelum tidur, bahkan banyak yang tertidur sambil tetap memegang gadget.

Budaya Lembur dan Fleksibilitas Kerja yang Salah Kaprah
Era kerja remote dan fleksibel ternyata membawa dilema baru. Waktu kerja jadi kabur batasannya, dan banyak pekerja merasa harus selalu ‘siaga’ walau di luar jam kerja. Hal ini memperparah gangguan tidur karena otak sulit beralih dari mode ‘aktif’ ke ‘istirahat’.

“Di kota besar seperti Jakarta, banyak profesional muda yang mengaku tidur setelah jam 1 pagi, lalu bangun pukul 6 untuk bersiap kerja lagi. Ini berbahaya jika jadi kebiasaan,” tambahnya.

Membangun Budaya Tidur yang Lebih Sehat
Kesadaran tidur sebagai bagian dari gaya hidup sehat harus mulai dibangun seperti halnya kampanye makan sehat dan olahraga. Mengatur rutinitas sebelum tidur, membatasi waktu layar, serta menciptakan suasana kamar yang nyaman bisa membantu mengembalikan ritme alami tubuh.

Pemerintah, melalui Kemenkes, mulai menyisipkan edukasi tentang pentingnya tidur dalam program Posbindu dan Germas, namun penyebaran informasinya masih terbatas.

Meningkatkan kualitas tidur berarti juga menjaga produktivitas dan mencegah risiko penyakit di masa depan—suatu langkah sederhana yang sering kali diabaikan di tengah hiruk-pikuk modernitas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved