Wajib Tahu! 6 Pemeriksaan Penting Sebelum Hamil agar Kehamilan Sehat dan Aman
Tanggal: 17 Apr 2025 08:38 wib.
Merencanakan kehamilan adalah salah satu keputusan besar dalam hidup, dan mempersiapkan diri sejak dini adalah langkah bijak yang bisa dilakukan setiap calon ibu dan ayah. Banyak orang berpikir bahwa pemeriksaan kesehatan hanya perlu dilakukan saat hamil, padahal pemeriksaan sebelum hamil atau prakonsepsi sangat penting untuk memastikan tubuh dalam kondisi optimal untuk menjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat.
Dilansir dari Parents dan sumber-sumber kesehatan terpercaya seperti CDC (Centers for Disease Control and Prevention) serta NCBI, ada beberapa jenis tes dan pemeriksaan penting yang bisa direkomendasikan dokter berdasarkan kondisi kesehatan, usia, hingga riwayat medis calon ibu dan ayah. Berikut enam pemeriksaan yang perlu kamu ketahui jika sedang merencanakan kehamilan.
1. Pemeriksaan Kesehatan Menyeluruh
Pemeriksaan prakonsepsi sebaiknya dilakukan bahkan sebelum kamu mulai mencoba untuk hamil. CDC menyarankan agar semua calon ibu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengevaluasi kondisi tubuh secara keseluruhan. Pemeriksaan ini biasanya meliputi:
Berat badan dan pola makan
Aktivitas fisik dan gaya hidup
Obat atau suplemen yang sedang dikonsumsi
Riwayat menstruasi dan kehamilan sebelumnya
Penyakit kronis yang mungkin diderita
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan seperti pengukuran tekanan darah, tes darah, pemeriksaan panggul, hingga Pap Smear. Jika kamu memiliki pasangan, disarankan agar mereka juga ikut serta dalam pemeriksaan karena sekitar 50% kasus infertilitas berasal dari faktor pria menurut studi dari NCBI (2018).
2. Pemeriksaan Status Vaksinasi
Vaksinasi lengkap adalah salah satu kunci untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik sebelum maupun selama kehamilan. CDC merekomendasikan agar wanita yang berencana hamil memastikan dirinya sudah menerima vaksin yang diperlukan, terutama vaksin campak, gondongan, dan rubella (MMR). Rubella sangat berbahaya jika menyerang wanita hamil karena dapat menyebabkan keguguran atau cacat lahir pada janin.
Jenis vaksin lain yang perlu dipastikan sudah lengkap meliputi:
Tdap (tetanus, difteri, pertusis)
Hepatitis B
Cacar air (varicella)
Influenza
COVID-19
Penting juga untuk diingat, jika kamu menerima vaksin MMR, CDC menyarankan untuk menunda kehamilan setidaknya selama satu bulan. Pasangan kamu juga sebaiknya melakukan pengecekan dan melengkapi vaksinasi untuk mencegah penularan penyakit yang bisa membahayakan kehamilan.
3. Skrining Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tes IMS adalah salah satu skrining wajib yang sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Beberapa infeksi seperti klamidia, gonore, dan sifilis bisa berdampak serius bagi ibu dan janin jika tidak ditangani. Misalnya:
Klamidia bisa menyebabkan kelahiran prematur dan infeksi pada bayi.
Gonore bisa menyebabkan keguguran atau berat badan bayi rendah.
Sifilis bisa menimbulkan cacat bawaan bahkan kematian janin.
Biasanya dokter akan menyertakan tes IMS pada kunjungan prenatal pertama. Namun, sangat disarankan agar pasangan melakukan pemeriksaan ini sebelum kehamilan dimulai untuk menghindari risiko penularan.
4. Pemeriksaan Genetik Prakonsepsi
Pemeriksaan genetik prakonsepsi atau carrier screening bertujuan untuk mendeteksi apakah calon orang tua membawa gen pembawa penyakit yang bisa diwariskan ke anak. Tes ini dilakukan melalui sampel darah atau swab dari mulut.
Beberapa penyakit genetik umum yang diperiksa adalah:
Cystic Fibrosis (CF)
Spinal Muscular Atrophy (SMA)
Berdasarkan latar belakang etnis, ada juga tes genetik tambahan yang disarankan. Misalnya, individu keturunan Afrika disarankan melakukan tes anemia sel sabit, sementara keturunan Yahudi Ashkenazi perlu melakukan tes Tay-Sachs.
Jika hasil tes menunjukkan kamu dan pasangan sama-sama membawa gen tertentu, kamu bisa mempertimbangkan prosedur IVF dengan PGT (Preimplantation Genetic Testing) untuk memastikan hanya embrio yang sehat yang ditanamkan.
5. Cek Kesehatan Gigi dan Mulut
Mungkin terdengar sepele, tapi kondisi gigi dan gusi dapat memengaruhi kesehatan kehamilan. Perubahan hormon selama masa kehamilan bisa menyebabkan gingivitis atau peradangan gusi, yang meningkatkan risiko penyakit periodontal dan kelahiran prematur. Oleh karena itu, periksa kondisi mulut dan gigi, termasuk melakukan rontgen gigi sebelum hamil.
Meskipun rontgen tergolong aman dengan pelindung khusus saat hamil, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelumnya untuk menghindari risiko yang tidak perlu.
6. Evaluasi Kesehatan Mental
Terakhir, tapi tidak kalah penting, adalah menjaga kesehatan mental. Kondisi psikologis yang tidak stabil seperti depresi atau kecemasan bisa berdampak buruk pada proses kehamilan. Studi dari NCBI (2021) menunjukkan bahwa depresi saat hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, hingga depresi pasca melahirkan.
Jika kamu atau pasangan memiliki riwayat gangguan mental, konsultasi dengan tenaga kesehatan jiwa sangat disarankan sebelum hamil. Selain itu, kamu bisa berdiskusi mengenai penggunaan obat yang aman selama kehamilan.
Kesimpulan:
Mempersiapkan kehamilan bukan hanya soal menghitung masa subur, tetapi juga memastikan tubuh dan mental kamu berada dalam kondisi terbaik. Melalui pemeriksaan-pemeriksaan di atas, kamu bisa meminimalkan risiko selama kehamilan dan meningkatkan peluang untuk memiliki bayi yang sehat. Konsultasikan semua hal ini dengan dokter agar kamu dan pasangan siap secara fisik dan emosional menyambut hadirnya buah hati.