Viral KB IUD Disebut Sebabkan Kanker Payudara, Fakta atau Hoax?
Tanggal: 26 Okt 2024 15:20 wib.
Sebuah isu viral muncul yang memperingatkan perempuan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi Intrauterine Device (IUD) karena diduga dapat memicu kanker, khususnya kanker payudara. Namun, seperti apa sebenarnya fakta di balik kabar ini?
IUD sendiri merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling umum digunakan secara global, dengan tingkat penggunaan mencapai sekitar 17% di antara wanita. Alat kontrasepsi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu IUD tembaga yang tidak mengandung hormon dan IUD hormonal yang melepaskan versi hormon progesteron sintetis, yang dikenal sebagai progestin.
Terkait dengan isu kanker payudara yang muncul, sebuah studi terbaru menemukan bahwa penggunaan IUD hormonal dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Meskipun demikian, para ahli menegaskan bahwa risiko secara keseluruhan masih dapat dikategorikan rendah.
Data dari studi yang dilaporkan oleh CNN Internasional menyebutkan bahwa penelitian tersebut menganalisis catatan kesehatan dari ribuan wanita Denmark yang berusia 15 hingga 49 tahun selama beberapa tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada risiko kanker payudara yang meningkat hingga 40% di antara wanita yang menggunakan IUD, atau sekitar 14 kasus tambahan untuk setiap 10.000 wanita.
Namun, penting untuk dicatat bahwa risiko ini tidak terus meningkat seiring dengan durasi penggunaan IUD, dan penemuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan korelasi antara kontrasepsi hormonal dan kanker payudara.
Sebelumnya, American College of Obstetricians and Gynecologists juga telah mempublikasikan penelitian terkait hubungan antara kontrasepsi hormonal dan risiko kanker payudara. Dari hasil penelitian itu, Kelsey Hampton, direktur komunikasi dan pendidikan misi untuk Susan G. Komen Breast Cancer Foundation, menekankan bahwa meskipun hasil penelitian menyajikan peningkatan risiko yang mengkhawatirkan, namun hal ini seharusnya tidak membuat orang merasa takut. Data tersebut seharusnya dijadikan sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan untuk berdiskusi dengan dokter.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah penggunaan IUD seharusnya sepenuhnya dihindari? Menurut pandangan Dr. Eleanor Bimla Schwarz, seorang profesor kedokteran di University of California, San Francisco, manfaat IUD jauh lebih besar daripada risikonya. Data yang menyebutkan risiko sangat kecil, yakni satu dari seribu, untuk didiagnosis mengidap kanker payudara, seharusnya tidak mengubah perspektif wanita terhadap penggunaan IUD sebagai pilihan kontrasepsi.
IUD hormonal juga terbukti efektif dalam mengurangi pendarahan dan kram serta dapat membantu menurunkan risiko kanker endometrium pada wanita. Oleh karena itu, penempatan konteks yang tepat diperlukan dalam memahami risiko penggunaan IUD dalam hubungannya dengan kanker payudara.
Selain itu, Dr. Arif Kamal, seorang onkolog dan kepala staf pasien di American Cancer Society, menyoroti bahwa penelitian baru ini tidak memperhitungkan seberapa sering wanita menjalani mammogram, sehingga faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait pilihan kontrasepsi.
Pada akhirnya, terdapat banyak faktor gaya hidup lain yang dapat berperan dalam menurunkan risiko kanker payudara, seperti olahraga teratur dan pembatasan asupan alkohol. Oleh karena itu, keputusan terkait pilihan kontrasepsi sebaiknya didiskusikan secara lebih mendalam dengan dokter untuk menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan masing-masingindividu.