Varian Covid-19 FLiRT Membuat Ketegangan di Singapura, Bagaimana Kelangsungan Indonesia?
Tanggal: 30 Mei 2024 06:25 wib.
Kabar tentang penyebaran varian Covid-19 terbaru, yaitu FLiRT di Singapura, telah menarik perhatian global. Pemerintah Indonesia pun tidak tinggal diam, mereka telah mengambil langkah untuk mengantisipasi penyebaran varian tersebut.
Menurut data resmi yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Singapura, kasus Covid-19 mengalami peningkatan yang signifikan dari 13.700 kasus selama periode 28 April hingga 4 Mei, menjadi 25.900 kasus pada periode 5-11 Mei 2024. Selain itu, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit juga mengalami kenaikan dari 181 kasus (minggu ke-18) menjadi 250 kasus (minggu ke-19).
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa varian Covid-19 KP.1 dan KP.2, yang juga ditemukan di Singapura, merupakan subvarian dari Omicron JN.1. Lebih lanjut, subvarian JN.1 telah mendominasi sebagian besar negara (54,3%) secara global. Hingga 3 Mei 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan KP.2 sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Data yang dihimpun oleh ASEAN BioDiaspora Virtual Center per 19 Mei 2024 dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menunjukkan bahwa varian Covid-19 yang beredar di negara-negara ASEAN pada 2023-2024 didominasi oleh JN.1. Di samping Singapura, varian KP juga ditemukan di Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Namun, di Indonesia, varian KP belum ditemukan.
Syahril juga menyatakan bahwa hingga bulan Mei 2024, kasus Covid-19 di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Sementara itu, varian KP belum terdeteksi. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengingatkan bahwa varian FLiRT dapat memberikan risiko pada individu yang belum divaksin atau yang memiliki penyakit bawaan, seperti hilangnya indera perasa dan penciuman.
Keberadaan varian ini menarik perhatian dunia karena potensinya untuk menimbulkan dampak yang lebih berbahaya dibanding varian sebelumnya. Bahkan, kemampuan FLiRT untuk menghindari sistem kekebalan tubuh yang dihasilkan dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya juga menjadi perhatian serius bagi para peneliti dan tenaga kesehatan.
Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi varian FLiRT sangatlah penting untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Selain itu, solidaritas dan kerja sama antarnegara ASEAN juga memiliki peran yang krusial dalam mengendalikan penyebaran varian ini di kawasan.
Segala langkah pemerintah Indonesia dalam menanggulangi varian FLiRT perlu dikomunikasikan secara transparan dan tepat kepada masyarakat. Hal ini akan membantu dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya varian baru Covid-19 dan mendorong partisipasi masyarakat dalam kebijakan pencegahan yang telah ditetapkan.