Tren Obat Tidur di Kalangan Pekerja Meningkat, Solusi Instan atau Ancaman Kesehatan?
Tanggal: 17 Mei 2025 13:14 wib.
Tampang.com | Gangguan tidur seperti insomnia makin marak di tengah tekanan kerja dan gaya hidup yang serba cepat. Akibatnya, penggunaan obat tidur meningkat drastis, terutama di kalangan pekerja kantoran dan profesional muda. Tapi apakah ini benar-benar solusi?
Tidur Jadi Komoditas, Bukan Kebutuhan Alami
Dalam budaya produktivitas berlebih, banyak orang merasa bersalah jika tidur terlalu lama. Akibatnya, tidur dipaksakan lewat cara instan: obat. Bahkan ada yang mengandalkan pil tidur setiap malam untuk sekadar "mematikan otak" dari stres pekerjaan.
“Tidur bukan tombol on-off yang bisa dipaksa dengan obat terus-menerus,” kata psikolog klinis dr. Indah Kusumawardhani.
Efek Samping Serius, Tapi Sering Diabaikan
Obat tidur, terutama yang berbasis benzodiazepine atau antihistamin, bisa menyebabkan ketergantungan, penurunan fungsi kognitif, dan perubahan suasana hati. Pengguna sering merasa lebih lelah keesokan harinya, meski durasi tidur mencukupi.
Akar Masalah Bukan di Tidur, Tapi di Pola Hidup
Stres kerja, kecanduan gawai, hingga konsumsi kafein berlebih sering jadi penyebab utama insomnia. Namun sayangnya, banyak yang memilih jalan pintas daripada memperbaiki akar gaya hidup yang bermasalah.
Solusi: Terapi Tidur dan Edukasi Pola Hidup
Alih-alih langsung konsumsi obat, pakar menyarankan metode seperti Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I), relaksasi, hingga pengaturan ulang waktu layar dan rutinitas sebelum tidur. Kampanye literasi tidur juga perlu digencarkan di lingkungan kerja.