Sumber foto: Google

Tren Konsumsi Suplemen di Indonesia, Gaya Hidup Sehat atau Ketergantungan yang Tak Disadari?

Tanggal: 9 Mei 2025 06:56 wib.
Tampang.com | Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat membuat konsumsi suplemen menjadi tren yang terus tumbuh. Mulai dari vitamin C, omega-3, hingga herbal, suplemen kini dikonsumsi tidak hanya oleh orang sakit, tapi juga oleh mereka yang merasa sehat.

Namun, apakah semua orang benar-benar membutuhkan suplemen? Ataukah ini hanya bentuk ketergantungan yang tidak disadari?

Konsumsi Suplemen Meningkat Tajam
Menurut survei GFK Health Indonesia, konsumsi suplemen meningkat lebih dari 40% dalam tiga tahun terakhir. Pandemi menjadi titik tolak, di mana masyarakat mulai rutin mengonsumsi suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh. Bahkan kini, kebiasaan tersebut tetap bertahan.

“Suplemen menjadi bagian dari rutinitas harian masyarakat. Tapi tidak semua pengguna tahu dosis yang tepat atau bahkan apakah mereka benar-benar membutuhkannya,” ujar dr. Aldi Hermawan, dokter penyakit dalam.

Antara Kebutuhan dan Kebiasaan
Tidak semua orang memerlukan suplemen jika asupan nutrisinya sudah tercukupi dari makanan sehari-hari. Suplemen seharusnya digunakan sesuai kebutuhan dan anjuran medis, bukan sebagai substitusi makanan bergizi.

“Kalau pola makan kita seimbang, sebenarnya tidak perlu suplemen tambahan. Masalahnya, banyak orang mengonsumsinya karena ikut-ikutan atau promosi influencer,” kata Nur Aini, ahli gizi klinis.

Risiko Konsumsi Berlebih
Yang mengkhawatirkan adalah konsumsi berlebihan. Misalnya, kelebihan vitamin A atau zat besi bisa berdampak negatif bagi tubuh. Selain itu, beberapa suplemen juga dapat berinteraksi dengan obat tertentu dan memperburuk kondisi kesehatan.

“Banyak yang tidak sadar bahwa overdosis vitamin itu mungkin terjadi. Apalagi jika mengonsumsi lebih dari satu produk sekaligus yang mengandung bahan serupa,” tambah dr. Aldi.

Regulasi dan Edukasi Masih Lemah
Meskipun BPOM telah memberikan izin edar dan aturan dosis pada kemasan, pemahaman masyarakat masih rendah. Edukasi soal perbedaan antara suplemen, obat, dan jamu masih perlu diperkuat, terutama di media sosial.

“Orang cenderung lebih percaya iklan atau testimoni di internet daripada anjuran ahli,” ujar Nur Aini.

Solusi: Bijak dalam Konsumsi dan Konsultasi Ahli
Masyarakat perlu didorong untuk memahami bahwa suplemen bukan jaminan sehat. Pola hidup sehat tetap bergantung pada makanan seimbang, olahraga, istirahat cukup, dan manajemen stres.

“Kalau memang merasa butuh, lebih baik konsultasi dulu dengan dokter atau ahli gizi. Supaya tepat sasaran dan tidak jadi pemborosan,” pungkas dr. Aldi.

Kesimpulan
Suplemen bisa membantu jika digunakan dengan bijak dan sesuai anjuran. Tapi mengandalkan suplemen tanpa memperbaiki pola hidup justru bisa menyesatkan. Gaya hidup sehat tidak datang dari kapsul atau tablet, melainkan dari perubahan kebiasaan yang konsisten dan berbasis ilmu.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved