Tragedi Jantung di Tanah Suci: Kemenkes Imbau Jemaah Haji Batasi Aktivitas Berlebihan
Tanggal: 26 Mei 2025 23:44 wib.
Tampang.com | Hingga 23 Mei 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 53 jemaah haji Indonesia telah meninggal dunia di Tanah Suci, berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes). Sementara itu, data Siskohat Kementerian Agama (Kemenag) per Senin (26/5/2025) menunjukkan angka yang lebih tinggi, yaitu 62 jemaah wafat. Mirisnya, 19 orang di antaranya meninggal akibat serangan jantung, yang disebabkan oleh kondisi seperti penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic.
Angka kematian ini dinilai cukup memprihatinkan, mendorong Kemenkes untuk mengimbau jemaah—terutama kelompok lansia dan penderita penyakit penyerta—agar lebih berhati-hati dan bijak dalam menjalani ibadah sunah selama di Tanah Suci.
Aktivitas Berlebihan Picu Risiko Fatal
Menurut dr. Agus Sulistyawati, Sp.S, dari Tim Visitasi Kesehatan, mayoritas jemaah yang wafat sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit jantung dan komorbiditas (penyakit penyerta), namun tetap menjalani aktivitas fisik yang berlebihan. "Kami sangat menyayangkan tingginya angka kematian ini. Kebanyakan dari mereka meninggal karena gangguan jantung," kata dr. Sulis saat kunjungan ke jemaah di Sektor 7, Daerah Kerja Makkah, seperti dilansir situs Kemenkes pada Sabtu (24/5/2025).
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, juga mengungkapkan keprihatinan serupa. Ia menegaskan bahwa puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang akan dimulai pada 4 Juni membutuhkan kesiapan fisik dan pengelolaan diri yang sangat baik.
Prioritaskan Kesehatan, Batasi Ibadah Sunah yang Menguras Tenaga
Liliek mengimbau jemaah, khususnya lansia atau yang memiliki riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang menguras tenaga. Contohnya, membatasi umrah berulang, tawaf sunah, berjalan kaki jarak jauh, atau kegiatan wisata religi. Ia menekankan bahwa meskipun ibadah sunah bernilai pahala besar, menjaga kesehatan dan keselamatan diri tetap menjadi prioritas utama, terutama menjelang puncak haji di Armuzna.
Jemaah juga diingatkan untuk:
Menghindari aktivitas di siang hari yang panas terik.
Memakai alat pelindung diri seperti masker, payung, kacamata hitam, dan alas kaki.
Mengonsumsi air secara teratur hingga dua liter per hari.
Minum oralit sekali sehari guna mencegah dehidrasi.
Bagi yang memiliki obat, harap diminum sesuai aturan.
Memeriksa kondisi tubuh minimal tiga kali seminggu, menghindari stres, dan memperbanyak zikir.
Liliek juga menekankan pentingnya kerja sama antarjemaah, khususnya dalam mendampingi lansia dan mereka yang memiliki komorbiditas, agar tidak menjalani ibadah yang membahayakan kesehatan mereka. "Tujuan utama kita adalah meraih haji mabrur. Hal itu tidak akan tercapai jika kondisi tubuh tidak dijaga dengan baik," tegasnya.
Semoga para jemaah haji Indonesia senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan ibadah dengan lancar hingga kembali ke tanah air.