Tinggal di Kota Besar? Kesehatan Mental Bisa Terganggu Tanpa Disadari
Tanggal: 13 Mei 2025 23:49 wib.
Tampang.com | Hidup di kota besar tak selalu gemerlap. Di balik kesibukan dan kemajuan infrastruktur, banyak warga kota justru diam-diam terjebak dalam tekanan mental yang intens. Sayangnya, topik kesehatan mental masih sering dianggap tabu atau bahkan dilecehkan di tengah masyarakat.
Stres Urban dan Beban Tak Terlihat
Kemacetan, biaya hidup tinggi, tekanan kerja, dan tuntutan gaya hidup membuat banyak penduduk kota hidup dalam kondisi stres kronis. Menurut data WHO, lebih dari 35% warga urban di Asia Tenggara mengalami gejala depresi ringan hingga sedang, namun sebagian besar tidak terdiagnosis.
“Yang sering saya temukan adalah kasus burnout yang disangka hanya ‘lelah biasa’. Padahal itu awal dari gangguan serius,” kata dr. Andini Rahma, psikiater dari RSUP Persahabatan.
Banyak orang memilih diam, takut dianggap lemah atau tidak bersyukur, meski mereka mengalami gejala seperti cemas berlebihan, sulit tidur, hingga kehilangan motivasi hidup.
Minimnya Akses dan Stigma Sosial
Masalah kesehatan mental di Indonesia tidak hanya soal kurangnya tenaga ahli, tapi juga stigma kuat yang menghambat orang mencari bantuan. Bahkan di lingkungan kerja, pengakuan mengalami gangguan mental bisa berdampak negatif terhadap karier seseorang.
“Masih ada anggapan bahwa sakit mental itu aib. Ini membuat penderita memilih menutup diri,” tambah dr. Andini.
Di sisi lain, layanan psikolog dan psikiater masih terkonsentrasi di kota besar dan biayanya cukup tinggi bagi kebanyakan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Kesehatan Mental Bukan Sekadar Isu Pribadi
Gangguan mental tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga pada produktivitas nasional. Studi dari Bank Dunia memperkirakan Indonesia kehilangan triliunan rupiah per tahun akibat menurunnya produktivitas kerja akibat stres dan depresi.
“Mental sehat adalah aset bangsa. Kalau ini terus diabaikan, kita sedang mengikis ketahanan sosial dari dalam,” ujar dr. Andini.
Solusi: Edukasi, Akses Layanan, dan Ruang Aman
Pemerintah dan komunitas harus memperluas edukasi kesehatan mental sejak dini, memperbanyak layanan konseling terjangkau di tingkat Puskesmas, dan mendorong terciptanya lingkungan kerja dan sosial yang mendukung terbukanya percakapan soal kesehatan jiwa.
“Mental health bukan sekadar urusan pribadi. Ini harus jadi kebijakan publik yang strategis,” tutup dr. Andini.