Ternyata Ini Alasan Banyak Warga RI Berobat ke Malaysia-Singapura
Tanggal: 17 Feb 2025 15:46 wib.
Berobat ke luar negeri menjadi pilihan beberapa masyarakat kelas menengah atas dari Indonesia. Beberapa faktor penyebabnya adalah layanan kesehatan yang lebih baik dan kredibilitas dokter yang dianggap lebih mumpuni dibandingkan di dalam negeri.
Mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio jumlah dokter, termasuk dokter umum dan spesialis, yang ideal adalah 1 dokter per 1.000 penduduk. Apabila sebuah negara berhasil memenuhi "golden line" tersebut, maka dapat dikategorikan berhasil dan bertanggung jawab kepada rakyatnya di bidang kesehatan.
Namun, angka terakhir yang didapatkan dari WHO dan World Bank menunjukkan bahwa rasio dokter di Indonesia hanya 0,47 dokter per 1.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi ketiga terendah di ASEAN setelah Laos (0,3/1.000) dan Kamboja (0,42/1.000).
Malaysia dan Singapura dikenal memiliki rumah sakit dengan teknologi medis canggih serta layanan kesehatan yang lebih cepat dan profesional. Banyak pasien yang merasa lebih nyaman dengan sistem pelayanan yang efisien dan minim antrean panjang.
Kredibilitas dokter menjadi faktor utama masyarakat memilih berobat ke luar negeri. Banyak tenaga medis di Malaysia dan Singapura yang telah mengantongi sertifikasi internasional dan memiliki pengalaman praktik yang luas.
Rumah sakit di Malaysia dan Singapura memiliki fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dengan teknologi modern, sehingga diagnosis dan perawatan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
Beberapa pasien memilih berobat ke luar negeri karena obat-obatan dan perawatan yang mereka butuhkan tidak tersedia atau sulit didapatkan di Indonesia.
Meski terkesan mahal, biaya berobat ke Malaysia sering kali lebih terjangkau dibandingkan di rumah sakit swasta di Indonesia. Ditambah lagi, adanya paket medical tourism yang semakin menarik minat pasien asal Indonesia.
Tingginya jumlah masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri menjadi tantangan bagi sektor kesehatan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan dalam kualitas layanan kesehatan di dalam negeri yang perlu segera diperbaiki.
Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan rasio jumlah dokter, memperbaiki fasilitas rumah sakit, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan medis dalam negeri agar lebih banyak warga yang memilih berobat di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya kehilangan devisa akibat medical tourism, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan layanan kesehatan yang lebih baik.