Tanda Kamu Mengalami Alergi Perekat, Simak Cara Mengatasinya!
Tanggal: 17 Mar 2024 14:44 wib.
Pernah gak, sih, ketika kamu menggunakan produk berperekat, seperti plester, koyo, patch transdermal, atau perban berperekat, lalu muncul ruam dan gatal di area kulit tersebut? Nah, bisa jadi kamu mengalami alergi perekat (adhesive allergy).
Secara medis, alergi perekat termasuk bentuk dermatitis kontak, yang bisa timbul sebagai reaksi dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Kedua jenis dermatitis kontak ini dapat menyebabkan kondisi yang hampir sama. Namun, karakteristik gejalanya sedikit berbeda.
Untuk mengetahui tanda dan gejala alergi perekat lebih lanjut, simak ulasannya berikut ini, yuk. Jangan-jangan kamu mengalaminya juga, nih!
1. Tanda dan gejala alergi perekat
Meski bisa muncul sebagai dermatitis kontak iritan, pada kebanyakan kasus, alergi perekat sering kali dilaporkan sebagai dermatitis kontak alergi. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala alergi umum, seperti ruam merah, gatal, dan pembengkakan.
Namun, gejala dermatitis kontak alergi biasanya tidak hanya memengaruhi area kulit yang kontak saja, tetapi juga bisa meluas ke area kulit sekitarnya. Sedangkan, pada dermatitis kontak iritan, hanya terbatas pada area yang terkena iritan saja. Gejala dermatitis kontak alergi pada alergi perekat biasanya lebih parah dan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk sembuh.
Adapun gejala umum alergi perekat, termasuk:
Ruam merah dan gatal yang sangat mengganggu.
Timbul benjolan kecil (papula).
Pembengkakan.
Kulit kering dan mengelupas.
Muncul lepuh kecil (vesikel) atau lepuh besar (bula).
Terjadi penggelapan kulit sementara (hiperpigmentasi) terutama di area kulit yang terkena perekat.
2. Penyebab alergi perekat
Alergi perekat yang muncul sebagai dermatitis kontak alergi biasanya dipicu karena reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat alergen (sumber alergi) yang terkandung dalam perekat. Ini bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya, bahan lem perekat, bahan perban, atau justru kandungan obat di dalam produk perekat tersebut.
Dilansir Verywell Health, produk perekat dapat mengandung dua alergen utama dalam lem, seperti cairan 2-oktil sianoakrilat dan monomer n-butik sianoakrilat. Bahan-bahan tersebut dapat memicu reaksi sensitivitas pada beberapa orang yang dapat memicu alergi. Terkadang, produk perekat juga dibuat dari lateks, yang juga merupakan alergen umum.
Selain dari sumber tersebut, alergi perekat juga bisa terjadi akibat obat yang ditambahkan dalam produk perekat tersebut. Misalnya, yodium dalam desinfektan kulit Betadine atau Neosporin yang juga bisa memicu alergi pada kulit.
Sementara itu, jika alergi perekat muncul sebagai dermatitis kontak iritan, ini biasanya dipicu oleh kandungan bahan beracun atau bersifat iritan dalam produk perekat. Bahkan, penggunaan balutan yang ketat saja bisa menyebabkan alergi perekat.
3. Diagnosis alergi perekat
Alergi perekat biasanya dapat didiagnosis sendiri tanpa harus melakukan kunjungan medis. Kondisi ini dapat dikenali dengan memperhatikan ruam yang selalu muncul setiap kali penggunaan perekat atau plester.
Namun, jika kamu tidak yakin dengan penyebabnya, kamu dapat mengunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis resminya. Jika penyebab ruam atau gejala dermatitis kontak alergi tidak diketahui, dokter mungkin akan melakukan beberapa pengujian, termasuk:
Uji tempel: ini merupakan uji alergi dengan menempelkan alergen umum ke kulit punggung menggunakan tempelan perekat non-lateks.
Uji tusuk kulit: pengujian alergi dengan membuat tusukan kecil dikulit dan memasukkan alergen.
Tes imunoglobulin E (IgE): ini merupakan tes alergi melalui sampel darah
4. Pengobatan dan perawatan alergi perekat
Pengobatan alergi perekat dapat bervariasi, tergantung tingkat keparahan reaksi yang ditimbulkan. Jika reaksi alergi ringan, ini biasanya dapat diatasi dengan melepas perekat dan tidak menggunakannya hingga gejalanya sembuh. Namun, jika gejalanya lebih serius, beberapa perawatan berikut sering kali direkomendasikan:
Kompres dingin area alergi selama 10—15 menit untuk mengurangi pembengkakan dan gatal.
Penggunaan kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1 persen yang dijual bebas atau salep resep yang lebih kuat untuk membantu mengurangi peradangan.
Losion kalamin untuk membantu mengurangi rasa gatal dan perih.
Penggunaan antihistamin oral yang dijual bebas, misalnya, cetirizine, untuk mengurangi reaksi alergi.
Jika kamu menggunakan plester atau perban berperekat untuk menutup luka dan mengalami alergi, ada beberapa alternatif yang bisa kamu pertimbangan. Di antaranya:
Menggunakan kasa dan merekatkanya dengan karet gelang elastis.
Menggunakan perban hipoalergenik. Perban ini biasanya terbuat dari bahan non-lateks, sehingga kecil kemungkinan menyebabkan alergi. Namun, bahan lem perekatnya sering kali tidak terdaftar, sehingga penting untuk mencobanya terlebih dahulu di area kecil kulit untuk melihat adanya reaksi.
Menggunkan film penghalang kulit, yaitu semprotan untuk membentuk lapisan pelindung antara kulit dan perban.
Alergi perekat merupakan bentuk dermatitis kontak yang dipicu oleh bahan dalam perekat. Gejalanya meliputi ruam kemerahan, gatal, pembengkakan, lepuh, kulit kering, hingga hiperpigmentasi. Kamu dapat menggunakan obat alergi yang dijual bebas untuk mengatasi kondisi ini. Namun, ada baiknya untuk mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, ya!