Sumber foto: Google

Suplemen Kesehatan Semakin Populer, Apakah Kita Benar-Benar Membutuhkannya?

Tanggal: 9 Mei 2025 06:33 wib.
Tampang.com | Belakangan ini, rak-rak farmasi dan e-commerce dipenuhi berbagai produk suplemen: dari vitamin C dosis tinggi, kolagen, omega-3, hingga multivitamin harian. Banyak orang mengonsumsi suplemen sebagai bagian dari “gaya hidup sehat”. Tapi apakah tubuh kita benar-benar membutuhkan semua itu?

Konsumsi Suplemen Meningkat Drastis Pasca Pandemi
Menurut data Nielsen tahun 2024, konsumsi suplemen di Indonesia meningkat hingga 35% dibandingkan sebelum pandemi. Banyak masyarakat kini menganggap suplemen sebagai kebutuhan harian yang tak bisa dilewatkan.

“Setelah pandemi, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan memang meningkat. Tapi tidak semua orang perlu suplemen tambahan jika pola makannya sudah cukup,” jelas dr. Lani Oktavia, ahli gizi klinis dari Surabaya.

Suplemen Bukan Pengganti Makanan Bergizi
Suplemen hanya berfungsi sebagai pelengkap jika ada kekurangan nutrisi tertentu, bukan sebagai pengganti makanan utama. Namun, banyak yang menjadikannya solusi instan untuk pola makan yang buruk.

“Kita tidak bisa mengandalkan pil vitamin untuk menggantikan sayur dan buah. Nutrisi alami jauh lebih kompleks dan kaya manfaat,” tambah dr. Lani.

Bahaya Konsumsi Berlebihan
Konsumsi suplemen yang tidak sesuai kebutuhan atau dosis justru bisa membahayakan tubuh. Beberapa kasus menunjukkan dampak negatif seperti gangguan ginjal, hipervitaminosis, dan keracunan logam berat dari suplemen abal-abal.

“Suplemen yang tidak terdaftar BPOM bisa mengandung bahan berbahaya. Masyarakat perlu kritis, jangan hanya tergiur iklan atau testimoni influencer,” ujar Andra Rahmadani, apoteker komunitas.

Tren yang Digoreng Industri Kesehatan Komersial?
Banyak perusahaan farmasi dan health brand kini gencar memasarkan suplemen sebagai bagian dari ‘wellness lifestyle’. Iklan dengan narasi “anti-aging”, “cepat pulih”, hingga “boost imun” membanjiri media sosial.

“Ini bukan berarti semua suplemen buruk, tapi kita harus sadar: ini industri besar yang juga bermain pada ketakutan dan aspirasi konsumen,” kata Andra.

Kapan Kita Benar-Benar Butuh Suplemen?
Suplemen bisa dibutuhkan oleh kelompok tertentu, seperti ibu hamil, lansia, vegetarian, atau pasien dengan kondisi medis tertentu. Tapi konsumsi massal tanpa diagnosis gizi hanya menambah beban tubuh dan biaya.

“Sebaiknya periksa kadar vitamin atau mineral melalui tes laboratorium sebelum mulai konsumsi suplemen tertentu,” saran dr. Lani.

Pilih Cerdas, Bukan Ikut Tren
Sikap kritis dan teredukasi menjadi kunci menghadapi tren suplemen. Suplemen bukan musuh, tapi bukan juga jawaban ajaib untuk hidup sehat.

“Makan seimbang, tidur cukup, olahraga rutin, dan kelola stres tetap jadi dasar utama. Suplemen itu opsional, bukan keharusan,” tutup dr. Lani.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved