Stunting Masih Terjadi, Benarkah Intervensi Pemerintah Belum Tepat Sasaran?
Tanggal: 17 Mei 2025 15:34 wib.
Tampang.com | Pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14% pada 2024. Namun hingga kini, angka stunting nasional masih berada di kisaran 21%. Penurunan yang dianggap lambat ini menimbulkan pertanyaan: apakah program yang dijalankan benar-benar menyasar akar persoalan?
Distribusi Gizi Tak Merata, Masalah Dimulai Sejak Dalam Kandungan
Stunting tidak hanya disebabkan kurang makan, tapi dimulai dari buruknya asupan gizi ibu hamil. Sayangnya, distribusi makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita masih belum merata, terutama di wilayah pedalaman dan kepulauan.
“Programnya banyak, tapi implementasinya sering tidak nyambung dengan kebutuhan lapangan,” ujar Diah Ratnasari, pakar gizi dari Universitas Andalas.
Penyuluhan Gizi Masih Bersifat Formalitas
Pendekatan edukatif yang dilakukan melalui posyandu atau puskesmas dinilai terlalu normatif. Banyak ibu rumah tangga tidak memahami pentingnya pola makan seimbang, karena informasi yang disampaikan hanya bersifat hafalan dan tidak kontekstual.
Infrastruktur Sanitasi dan Air Bersih Belum Memadai
Selain asupan gizi, faktor lingkungan seperti sanitasi buruk dan air yang tidak higienis memperburuk situasi. Balita yang rentan diare atau infeksi akibat lingkungan tak bersih sulit menyerap nutrisi meski sudah diberi makanan tambahan.
Solusi: Pendekatan Komunitas dan Pemantauan Berbasis Data
Pakar menyarankan agar program pencegahan stunting fokus pada pendekatan berbasis komunitas dengan pemantauan data real-time, bukan hanya mengandalkan laporan administratif. Perlu juga peningkatan koordinasi lintas sektor, termasuk sanitasi, pendidikan, dan kesehatan.
“Jika stunting terus terjadi, kita kehilangan satu generasi emas. Ini bukan soal angka, tapi masa depan bangsa,” tegas Diah.