Studi Ungkap Kasus Kanker Paru Lebih Rendah di Daerah Dataran Tinggi
Tanggal: 25 Mei 2025 21:27 wib.
Tampang.com | Meski dunia kedokteran terus berkembang, kanker tetap menjadi tantangan besar yang belum ditemukan solusi pasti. Penyakit ini memang bisa ditangani apabila terdeteksi sejak awal, namun risiko kambuh dalam bentuk yang lebih agresif selalu mengintai. Salah satu alasan utama sulitnya melawan kanker adalah sifat selnya yang tumbuh tidak teratur dan cepat menyebar, membuat pengobatan konvensional kerap kurang efektif.
Namun, sebuah studi terbaru mengungkap fakta menarik: risiko kanker paru cenderung menurun bagi mereka yang tinggal di dataran tinggi. Dilansir dari Times of India, setiap kenaikan 1.000 meter di atas permukaan laut, angka kasus kanker paru turun sekitar 7,23 per 100.000 orang, atau sekitar 12,7 persen lebih rendah dibanding rata-rata nasional.
Faktor utama yang diduga memengaruhi fenomena ini adalah kualitas udara yang jauh lebih bersih di daerah dataran tinggi. Dengan tingkat polusi yang rendah, paparan zat karsinogen yang memicu kanker juga berkurang secara signifikan. Hal ini didukung oleh studi di Amerika Serikat dan China yang mencatat tingkat kejadian dan kematian akibat kanker lebih rendah di wilayah dengan ketinggian serupa.
Selain udara bersih, kondisi hipoksia—kadar oksigen yang lebih rendah di dataran tinggi—diduga dapat memperlambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Penelitian pada hewan menunjukkan tumor berkembang lebih lambat di lingkungan seperti ini, bahkan pengobatan kemoterapi pun berpotensi bekerja lebih efektif.
Tidak hanya itu, paparan radiasi latar alami yang lebih tinggi di dataran tinggi karena atmosfer yang lebih tipis juga berkontribusi. Fenomena yang dikenal sebagai efek hormesis radiasi ini diyakini mampu menurunkan angka kematian akibat kanker, sebagaimana ditemukan dalam penelitian-penelitian di Pegunungan Rocky dan wilayah radiasi tinggi di Tiongkok.
Namun, tidak semua penelitian sejalan dengan temuan tersebut. Beberapa studi di negara seperti Ekuador melaporkan bahwa tinggal di atas 2.000 meter malah dikaitkan dengan angka kejadian dan kematian kanker yang lebih tinggi untuk beberapa jenis, termasuk kanker lambung dan payudara. Hal ini menegaskan bahwa ketinggian bukan satu-satunya faktor perlindungan.
Faktor gaya hidup, genetika, pola makan, dan akses kesehatan juga memegang peranan penting dalam menentukan risiko kanker seseorang. Misalnya, masyarakat di dataran tinggi sering memiliki kebiasaan merokok yang lebih rendah dan aktivitas fisik yang lebih tinggi, yang turut berkontribusi pada angka kanker yang lebih rendah.
Oleh karena itu, meski udara bersih dan lingkungan dataran tinggi dapat membantu menekan risiko kanker paru, menjalani gaya hidup sehat tetap menjadi kunci utama pencegahan kanker secara keseluruhan. Pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjauhi rokok serta alkohol tetap menjadi langkah paling efektif melawan penyakit mematikan ini.