Sumber foto: Google

Studi Terbaru: Kafein di Malam Hari Ganggu Gelombang Otak dan Pemulihan Tidur

Tanggal: 1 Jun 2025 09:40 wib.
Tampang.com | Minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman energi memang populer untuk mengusir kantuk dan meningkatkan fokus. Namun, sebuah studi terbaru dari Universitas Montreal mengungkap bahwa konsumsi kafein di malam hari dapat mengganggu aktivitas gelombang otak saat tidur dan memperlambat proses pemulihan otak semalaman. Temuan ini menyoroti pentingnya memahami bagaimana kafein memengaruhi kualitas tidur kita.


Kafein Tingkatkan Kompleksitas Sinyal Otak dan Ubah Ritme Gelombang Tidur

Penelitian yang dipimpin oleh Philipp Thölke bersama tim dari Cognitive and Computational Neuroscience Laboratory (CoCo Lab) Universitas Montreal ini merekam aktivitas otak 40 orang dewasa sehat menggunakan electroencephalogram (EEG) selama dua malam pengamatan. Satu malam setelah mengonsumsi kapsul kafein (200 mg) beberapa jam sebelum tidur, dan satu malam setelah diberikan plasebo.

Analisis gabungan statistik lanjutan dan kecerdasan buatan menunjukkan bahwa kafein secara signifikan meningkatkan kompleksitas sinyal otak saat tidur. Ini berarti aktivitas neuron menjadi lebih dinamis dan kurang dapat diprediksi, terutama pada fase tidur non-rapid eye movement (NREM) yang krusial untuk konsolidasi memori dan pemulihan kognitif.

Selain itu, kafein juga mengubah ritme gelombang otak. Gelombang lambat seperti theta dan alpha, yang biasanya mendominasi tidur dalam dan restoratif, berkurang akibat efek kafein. Sebaliknya, gelombang beta yang berhubungan dengan kewaspadaan justru meningkat.

“Kafein merangsang otak dan mendorongnya ke keadaan criticality, di mana otak lebih terjaga dan reaktif,” terang Karim Jerbi, profesor psikologi dan wakil pemimpin penelitian. Ia menambahkan, meskipun kondisi ini berguna di siang hari untuk konsentrasi, di malam hari ia bisa mengganggu istirahat, membuat otak tidak rileks dan tidak pulih dengan baik.


Dampak Kafein Lebih Kuat pada Otak Usia Muda

Studi ini juga menemukan bahwa dampak kafein lebih terasa pada orang dewasa muda (20-27 tahun) dibandingkan kelompok usia paruh baya (41-58 tahun). Perbedaan ini diperkirakan terkait dengan kerapatan reseptor adenosin yang lebih tinggi di otak orang usia muda. Adenosin sendiri adalah molekul yang menumpuk sepanjang hari dan menimbulkan rasa lelah.

Julie Carrier, profesor psikologi yang terlibat dalam penelitian, menjelaskan bahwa reseptor adenosin secara alami menurun seiring bertambahnya usia. “Ini bisa menjelaskan mengapa otak muda lebih rentan terhadap stimulasi kafein saat malam,” ujarnya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kafein, yang sering digunakan sebagai stimulan untuk kuat begadang, dapat secara signifikan mengganggu efisiensi pemulihan otak selama tidur malam. Hal ini berpotensi negatif pada pemrosesan memori dan fungsi kognitif. Mengingat konsumsi kafein yang sangat luas di seluruh dunia, para peneliti menekankan pentingnya masyarakat, terutama kaum muda, untuk memahami efek ini. Studi lanjutan diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang perubahan gelombang otak akibat kafein terhadap kesehatan kognitif dan fungsi tubuh sehari-hari, serta untuk menyusun rekomendasi konsumsi kafein yang lebih personal
Copyright © Tampang.com
All rights reserved