Sumber foto: Google

Stres Kerja Tak Terlihat, Tapi Nyata! Pekerja Muda Terjebak dalam Spiral Kecemasan dan Depresi

Tanggal: 13 Mei 2025 22:17 wib.
Tampang.com | Di balik pencapaian dan gelar "generasi produktif", pekerja muda Indonesia kini menghadapi ancaman kesehatan mental yang kian nyata. Tekanan kerja, jam lembur yang tidak manusiawi, dan ekspektasi tak masuk akal menjadi pemicu utama meningkatnya kasus kecemasan, insomnia, hingga depresi klinis.

Statistik Meningkat, Tapi Minim Penanganan
Menurut data Kementerian Kesehatan 2024, setidaknya 1 dari 4 pekerja usia 20–35 tahun mengalami gangguan psikologis, terutama kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Ironisnya, hanya sebagian kecil yang mencari pertolongan profesional karena stigma dan keterbatasan akses layanan psikologis.

“Banyak yang terus bekerja meski batinnya hancur. Mereka takut dianggap lemah atau tidak profesional,” ujar Dr. Livia Rachman, psikolog klinis.

Lingkungan Kerja Semakin Toxic dan Tidak Ramah Mental
Budaya ‘kerja harus produktif setiap waktu’ telah melahirkan atmosfer kantor yang tidak sehat. Lembur dianggap bentuk loyalitas, dan waktu istirahat kerap diremehkan. Belum lagi tekanan dari atasan yang tidak memahami pentingnya keseimbangan hidup.

“Burnout sudah dianggap normal, padahal itu sinyal tubuh dan pikiran sedang runtuh,” tambah Livia.

Work-Life Balance Sekadar Slogan?
Banyak perusahaan mengklaim mendukung kesehatan mental, tapi implementasinya nihil. Konseling tak tersedia, cuti kesehatan mental tidak diakomodasi, dan beban kerja terus meningkat tanpa solusi nyata.

“Sekadar punya HRD bukan berarti perhatian terhadap mental karyawan sudah terpenuhi,” tegas Livia.

Solusi: Regulasi dan Intervensi Nyata dari Pemerintah dan Perusahaan
Para ahli menilai perlu adanya regulasi nasional yang mewajibkan perusahaan menyediakan fasilitas layanan psikologis. Selain itu, kampanye internal soal pentingnya istirahat, batas jam kerja, dan cuti kesehatan mental perlu dijalankan secara sistemik, bukan insidental.

“Produktivitas berkelanjutan tidak akan tercapai jika manusia di baliknya hancur secara psikis,” tegas Livia.

Mental Sehat Adalah Hak Dasar Pekerja
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental harus ditempatkan setara dengan kesehatan fisik. Dunia kerja perlu berubah, atau generasi muda akan terus dibungkam oleh luka yang tak tampak.

“Yang kami butuhkan bukan sekadar motivasi, tapi empati dan perlindungan konkret,” tutup Livia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved