Ribuan Kasus Flu Singapura Dikonfirmasi di Indonesia
Tanggal: 2 Apr 2024 08:17 wib.
Hingga pekan ke-11 tahun 2024, kasus flu Singapura di Indonesia tembus di angka 5.461, menurut Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Kementerian Kesehatan. Ini menunjukkan angka yang cukup signifikan dari kasus penyakit ini di Indonesia.
Flu Singapura atau hand, foot and mouth disease (HFMD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menyerang anak maupun dewasa, meskipun sebagian besar kasus menginfeksi anak usia 10 tahun ke bawah. Penyakit ini menjadi perhatian serius karena jumlah kasusnya yang terus meningkat setiap tahun.
Pada "Media Update PB IDI mengenai Flu Singapura, Covid, TB, serta Rekomendasi Terkait Penyakit Menular Menjelang Mudik Lebaran," pembahasan mengenai HFMD menginformasikan bahwa penyakit ini berasal dari Coxsackievirus A16. Kasus HFMD telah menyebar di Indonesia, dengan angka kasus yang cukup mencemaskan, termasuk 738 kasus di Banten dan 45 kasus HFMD di Depok periode Januari hingga Maret, di mana 10 pasien harus dirawat di rumah sakit.
Ketua Satuan Tugas Covid Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) & Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Prof. Dr. dr Erlina Burhan, SpP(K) menjelaskan bahwa gejala awal HFMD biasanya ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan batuk. Penyakit ini dapat diidentifikasi dengan adanya lendir di tangan dan kaki yang akan pecah dan menjadi luka.
Di Indonesia, virus penyebab HFMD paling umum berasal dari Coxsackievirus A16 yang termasuk dalam golongan ringan. Namun, kasus gejala berat berasal dari Coxsackievirus A16 A6, sedangkan penyebab yang lebih jarang adalah Enterovirus 71, yang cenderung ditemukan di Eropa. Diketahui bahwa HFMD dapat menular melalui sentuhan dengan permukaan yang terkontaminasi virus, droplet saat batuk, bersin, dan bicara, serta kontak langsung dengan luka dan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Penyebaran HFMD di masyarakat juga terkait erat dengan kondisi sanitasi yang buruk. Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit ini sangat diperlukan.
Meskipun kasus HFMD terus meningkat, tetapi tidak perlu panik berlebihan. Dr. dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K), Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan pentingnya tetap waspada namun tidak panik. Seorang anak yang terinfeksi HFMD sebaiknya istirahat di rumah selama seminggu dan menjaga kebersihan. Walaupun jumlah kasus kematian akibat HFMD cenderung rendah, orang tua tetap harus memperhatikan tanda bahaya pada anak, seperti demam tinggi yang tidak mereda, penurunan nafsu makan dan minum, sesak napas, kejang, atau penurunan kesadaran.
Dalam menghadapi musim mudik pada tahun 2024, penting untuk melakukan langkah-langkah pencegahan penyakit HFMD. Cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga kebersihan makanan, membangun jamban sehat, serta menghindari konsumsi makanan mentah, termasuk makanan laut, adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran HFMD.
Seiring dengan peningkatan kasus HFMD, perlu juga adanya perhatian dari pihak pemerintah dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara pengendalian dan pencegahan penyakit ini. Selain itu, ketersediaan vaksin yang efektif juga menjadi penting dalam menangani kasus HFMD di Indonesia.
Dengan demikian, upaya pencegahan, pengenalan gejala, dan penanganan yang cepat sangat penting untuk mengurangi penyebaran dan dampak negatif dari HFMD di masyarakat Indonesia. Edukasi kepada orang tua, guru, dan tenaga kesehatan, serta peningkatan promosi kebersihan, merupakan langkah-langkah yang perlu terus ditingkatkan guna mengurangi angka kasus HFMD di Indonesia. Semoga dengan upaya yang kuat, kasus HFMD di Indonesia bisa ditekan dan penduduk dapat hidup lebih sehat dan terhindar dari penyakit ini.