Sumber foto: Google

Remaja Rentan Depresi, Layanan Kesehatan Mental Dinilai Tak Ramah dan Mahal

Tanggal: 17 Mei 2025 15:33 wib.
Tampang.com | Dalam beberapa tahun terakhir, kasus depresi dan bunuh diri pada remaja di Indonesia menunjukkan tren mengkhawatirkan. Ironisnya, layanan kesehatan mental yang tersedia belum cukup inklusif dan masih terkesan “mewah” bagi sebagian besar masyarakat.

Kesehatan Mental Masih Jadi Tabu, Bantuan Sulit Dijangkau
Banyak remaja yang mengalami tekanan mental berat tidak tahu harus mengadu ke mana. Ketika mulai mencari bantuan, mereka justru dihadapkan pada biaya mahal dan sistem rujukan yang rumit.

“Bicara ke psikolog itu bukan hal yang biasa di keluarga saya. Selain mahal, sering dianggap ‘lebay’,” kata Alin (16), siswa SMA di Depok.

Konseling di Sekolah Tidak Maksimal
Meski sekolah-sekolah telah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK), namun banyak siswa merasa pendekatan yang digunakan terlalu normatif dan kurang empati. Belum lagi isu privasi yang tidak dijaga, membuat siswa takut bercerita.

Biaya Psikolog Privat Tak Terjangkau Rata-Rata Keluarga
Tarif layanan psikolog atau psikiater di fasilitas swasta berkisar Rp150 ribu hingga Rp500 ribu per sesi. Bagi keluarga dengan penghasilan pas-pasan, biaya ini jelas menjadi hambatan besar.

“Kalau masalah jiwa tidak ditangani sejak awal, dampaknya bisa lebih panjang daripada penyakit fisik,” ujar dr. Sinta Rahayu, psikiater dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Solusi: Perluas Layanan Gratis dan Perkuat Edukasi Publik
Pakar mendorong pemerintah agar memperluas layanan kesehatan mental berbasis komunitas dan sekolah, dengan pendekatan yang lebih terbuka dan bersahabat bagi generasi muda. Dukungan juga harus datang dari edukasi publik yang menormalisasi pentingnya menjaga kesehatan jiwa.

“Kita butuh sistem yang membuat orang merasa aman saat ingin ditolong, bukan malah dijudge,” tambah dr. Sinta.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved