Puluhan Virus Baru Muncul Lagi di China, Berpotensi Menular ke Manusia
Tanggal: 16 Sep 2024 07:37 wib.
Peneliti kembali menemukan puluhan virus baru yang terdeteksi pada hewan di peternakan bulu di China. Studi baru ini mengungkapkan potensi bahaya penularan virus-virus ini ke manusia. Sejak pandemi COVID-19, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa beternak mamalia seperti cerpelai untuk diambil bulunya dapat memudahkan virus baru berpindah dari alam liar dan memicu wabah baru.
Menurut ahli virologi Edward Holmes, yang memimpin penelitian tentang COVID-19, industri peternakan bulu global diakui sebagai salah satu cara yang paling mungkin untuk memulai pandemi baru. Holmes menyatakan pendapatnya bahwa industri peternakan bulu di seluruh dunia seharusnya ditutup untuk mencegah potensi bahaya yang ditimbulkan oleh keberadaan virus-virus baru.
Studi yang dipimpin oleh tim peneliti China melakukan pengurutan materi genetik dari sampel paru-paru dan usus 461 hewan, termasuk cerpelai, kelinci, rubah, dan anjing rakun yang mati akibat penyakit di seluruh negeri antara tahun 2021 dan 2024. Mayoritas hewan tersebut berasal dari peternakan bulu, beberapa juga diternakkan untuk makanan atau obat tradisional, sementara sekitar 50 di antaranya merupakan hewan liar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim tersebut berhasil mendeteksi 125 virus, termasuk 36 virus baru. Evaluasi para peneliti menunjukkan bahwa 39 virus memiliki "risiko tinggi" untuk menular antar spesies, termasuk ke manusia. Selain itu, beberapa virus yang terdeteksi, seperti hepatitis E dan ensefalitis Jepang, telah sampai pada manusia, sementara 13 di antaranya masih dikategorikan sebagai virus baru.
Selain itu, penemuan terkait flu burung dan tujuh jenis virus corona pada mamalia seperti marmut, cerpelai, dan muskrat juga menjadi perhatian khusus. Meskipun tidak ada virus yang berkerabat dekat dengan SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, namun temuan tersebut memperkuat urgensi untuk meningkatkan pengawasan terhadap hewan ternak berbulu, terutama cerpelai, anjing rakun, dan marmut.
Menindaklanjuti temuan ini, para peneliti menyuarakan perlunya peningkatan pengawasan terhadap peternakan bulu dan hewan ternak berbulu lainnya, termasuk implementasi langkah-langkah preventif yang lebih ketat untuk mencegah penularan virus ke manusia. Langkah-langkah ini seyogyanya juga diikuti dengan kampanye edukasi terhadap masyarakat yang berhubungan langsung dengan hewan ternak berbulu agar dapat mengenali tanda-tanda adanya virus yang berpotensi berbahaya.