Polusi Udara Meningkat, Penyakit Pernapasan Mewabah di Kota-Kota Besar
Tanggal: 9 Mei 2025 06:31 wib.
Tampang.com | Kualitas udara di sejumlah kota besar Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Data BMKG dan IQAir menunjukkan bahwa kadar PM2.5 di beberapa wilayah telah melampaui ambang aman WHO secara konsisten. Dampaknya nyata—kasus penyakit saluran pernapasan seperti ISPA dan asma meningkat tajam.
ISPA dan Asma Jadi Epidemi Baru di Kota
Kementerian Kesehatan mencatat, sepanjang 2024 terdapat lebih dari 5 juta kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang didominasi oleh warga perkotaan. Anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis menjadi kelompok yang paling rentan.
“Polusi udara menjadi faktor utama. Partikel halus seperti PM2.5 bisa masuk hingga ke paru-paru dan memicu peradangan, bahkan memperparah asma,” kata dr. Reni Sugiharto, spesialis paru dari RSUP Persahabatan.
Sumber Polusi Utama: Transportasi dan Industri
Aktivitas kendaraan bermotor dan emisi pabrik menjadi penyumbang utama pencemaran udara. Di kota-kota padat, emisi kendaraan menyumbang lebih dari 60% dari total polutan harian.
“Sayangnya, belum ada regulasi tegas yang memaksa industri dan pengguna kendaraan untuk menurunkan emisi secara drastis,” ujar Ahmad Fauzi, peneliti WALHI.
Perubahan Cuaca Memperparah Situasi
Musim kemarau panjang dan inversi suhu membuat polusi mengendap di udara lebih lama. Hasilnya, warga menghirup udara kotor setiap hari tanpa disadari.
“Banyak orang merasa sehat, padahal paparan polusi kronis bisa memicu gangguan jangka panjang, bahkan kanker paru,” tambah dr. Reni.
Minimnya Edukasi dan Perlindungan Warga
Masker hanya dianggap solusi saat kabut asap muncul, padahal kualitas udara buruk bisa terjadi setiap hari. Pemerintah dinilai kurang aktif dalam memberikan peringatan dini atau edukasi kepada masyarakat.
“Kita butuh sistem peringatan kualitas udara real-time yang mudah diakses masyarakat. Juga, perlu ada perlindungan khusus untuk anak-anak sekolah dan pekerja luar ruangan,” ujar Ahmad.
Upaya yang Bisa Dilakukan Masyarakat dan Pemerintah
Solusi jangka pendek seperti penggunaan masker N95, pengurangan aktivitas luar ruangan saat kualitas udara buruk, dan penanaman pohon di lingkungan padat bisa dilakukan. Jangka panjangnya, dibutuhkan kebijakan energi bersih dan pembatasan emisi secara nasional.
“Pemerintah harus serius dalam transisi ke transportasi publik ramah lingkungan. Ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi menyangkut nyawa,” tegas dr. Reni.