Polusi dan Cuaca Ekstrem Memburuk, Kasus Penyakit Pernapasan Meledak di Kota-Kota Besar!
Tanggal: 12 Mei 2025 22:42 wib.
Tampang.com | Dalam beberapa bulan terakhir, kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya mencatat lonjakan signifikan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bronkitis, dan asma. Pakar menyebut dua penyebab utama: polusi udara yang memburuk dan perubahan cuaca ekstrem akibat krisis iklim.
Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan lebih dari 200.000 kasus ISPA tercatat hanya dalam triwulan pertama 2025. Jumlah ini naik 37% dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Udara yang kita hirup makin kotor, partikelnya halus tapi sangat berbahaya. Ditambah cuaca panas kering lalu mendadak hujan deras, tubuh jadi lebih mudah jatuh sakit,” jelas dr. Santi Hermawan, spesialis paru.
Kelompok Rentan: Anak, Lansia, dan Pekerja Luar
Anak-anak usia balita, lansia di atas 60 tahun, serta pekerja lapangan seperti ojek online dan petugas kebersihan menjadi kelompok paling rentan terkena dampak.
“Penyakitnya bisa ringan, tapi kalau berulang bisa menurunkan fungsi paru, terutama bagi anak yang paru-parunya belum berkembang sempurna,” tambah dr. Santi.
Faktor Lingkungan Memperparah
Beberapa faktor yang memperburuk kondisi udara dan meningkatkan risiko penyakit:
Pembakaran sampah dan limbah industri
Emisi kendaraan bermotor tanpa kontrol
Minimnya ruang hijau dan ventilasi di permukiman padat
Perubahan suhu ekstrem yang memperlemah daya tahan tubuh
Solusi Harus Terintegrasi
Para ahli menyarankan penanganan terintegrasi dari hulu ke hilir:
Pemerintah daerah wajib memantau kualitas udara dan menindak pelanggar emisi
Masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar saat indeks polusi tinggi
Gunakan masker khusus seperti N95 di daerah polusi berat
Perbanyak pohon dan taman kota sebagai penyeimbang kualitas udara
Edukasi publik soal dampak kesehatan dari polusi dan adaptasi cuaca ekstrem
“Kalau kita tidak serius mengatasi polusi sekarang, generasi muda akan tumbuh dengan paru-paru yang rusak,” tutup dr. Santi.