Pengaruh Ras dan Keturunan pada Alergi Anak
Tanggal: 1 Mei 2024 17:43 wib.
Pengaruh ras dan keturunan terhadap alergi pada anak telah menjadi perhatian banyak orang tua dan ahli kesehatan. Menurut spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Andina Nirmala Pahlawati, faktor-faktor seperti ras, keturunan, jenis kelamin, usia, dan lingkungan memainkan peran penting dalam risiko alergi pada anak.
Berbicara mengenai faktor ras, Andina menjelaskan bahwa tingkat immunoglobulin E (pencetus alergi) pada ras kaukasian cenderung lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit hitam. Hal ini memberikan gambaran bahwa faktor ras mungkin memiliki kaitan dengan risiko alergi yang lebih tinggi. Diskusi daring yang diadakan pada tanggal 25 April 2024 menyatakan bahwa faktor keturunan juga berperan penting dalam risiko alergi pada anak. Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, anak memiliki potensi 60-90 persen untuk menderita alergi serupa. Sementara jika hanya salah satu orang tua yang memiliki riwayat alergi, kemungkinan anak mengalami alergi juga menurun sekitar 30-50 persen. Meskipun demikian, sekitar 12 persen anak tetap memiliki risiko alergi meskipun orang tua mereka tidak memiliki riwayat alergi.
Selain ras dan keturunan, faktor jenis kelamin juga turut berperan dalam risiko alergi. Menurut Andina, anak laki-laki cenderung memiliki antibodi immunoglobulin E yang lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Namun, kondisi ini dapat berubah ketika anak memasuki usia dewasa muda. Selain itu, usia anak juga memiliki pengaruh terhadap manifestasi reaksi alergi, bergantung pada usia tertentu di mana anak terpajan pada suatu alergen.
Berbicara mengenai faktor lingkungan, Andina menyatakan bahwa anak yang terpajan pada asap rokok atau menjadi perokok pasif memiliki kadar immunoglobulin E yang lebih tinggi, sehingga juga memiliki risiko alergi yang lebih tinggi. Selain asap rokok, asap polusi dari kendaraan dan industri juga memiliki kemungkinan besar untuk meningkatkan risiko alergi pada anak. Konsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan juga dapat meningkatkan kadar immunoglobulin E, berbeda dengan konsumsi buah dan sayuran yang cenderung menurunkan kadar immunoglobulin E pada anak.
Gejala alergi yang sering dialami oleh anak antara lain ruam merah, rasa gatal, bengkak pada sebagian tubuh, bersin, pilek, radang dan nyeri di area hidung, batuk, mengi, dan diare. Gejala alergi juga bisa berupa reaksi berat yang disebut anafilaksis, yang dapat mengakibatkan pembengkakan kelopak mata, penyempitan saluran napas, dan bahkan kematian jika tidak segera ditangani dengan cepat.
Tata laksana yang dilakukan bertujuan untuk mengontrol gejala alergi tanpa mengganggu kualitas hidup anak, mencegah perkembangan alergi saat dewasa, serta menemukan pemicu alergen pada anak, baik dari makanan maupun lingkungan. Pemulihan bisa dilakukan dengan melakukan diagnosis riwayat keluarga, tes darah untuk memeriksa kadar immunoglobulin E, tes tusuk kulit, serta pemberian obat anti-alergi.
Pemahaman mengenai faktor ras, keturunan, jenis kelamin, usia, dan lingkungan sangat penting dalam menangani alergi pada anak. Orang tua perlu memperhatikan faktor-faktor ini sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya alergi pada anak.