Pemerintah Keluarkan Rp3,45 Triliun untuk Obati Penyakit Jantung Akibat Lemak Trans
Tanggal: 28 Feb 2025 13:13 wib.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit, yakni sekitar US$213 juta atau setara dengan Rp3,45 triliun dalam periode sepuluh tahun terakhir. Anggaran ini dialokasikan khusus untuk menangani penyakit kardiovaskular yang diakibatkan oleh konsumsi lemak trans, yang juga merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.
Lemak trans sendiri merupakan jenis lemak jenuh yang terbentuk melalui proses industri dengan menambahkan hidrogen ke dalam minyak sayur. Jenis lemak ini umumnya banyak terdapat dalam makanan olahan, terutama gorengan, yang telah menjadi makanan favorit banyak orang di Indonesia.
Jika kita merefleksikan praktik konsumsi makanan di Indonesia, gorengan hampir dapat ditemukan di setiap sudut, mulai dari warung kecil hingga restoran besar. Kementerian Kesehatan Indonesia menggunakan data penelitian yang dilakukan oleh Dr. Marklund dari Johns Hopkins University dan The George Institute, yang didukung oleh Resolve to Save Lives (RTSL).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penghapusan lemak trans dari bahan makanan dapat menghemat biaya kesehatan hingga US$213 juta dalam sepuluh tahun, sekaligus menyelamatkan lebih dari 115.000 jiwa. Namun, langkah ini hanya bisa terwujud jika kebijakan yang terkait mulai diterapkan pada tahun 2025.
Terlalu sering mengonsumsi lemak trans bisa memicu berbagai masalah kesehatan, dengan kadar kolesterol tinggi menjadi salah satu akibatnya. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan serius, dapat berujung pada penyakit kardiovaskular, yang saat ini menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hampir 800.000 jiwa hilang setiap tahun akibat penyakit ini, yang terdiri dari serangan jantung dan stroke.
Penyakit kardiovaskular sangat terkait dengan gaya hidup dan pola makan masyarakat, di mana konsumsi makanan tidak sehat seperti gorengan menjadi salah satu penyebab utama. Selain lemak trans, konsumsi garam yang berlebihan juga menjadi masalah yang harus diatasi. Kementerian Kesehatan kini sedang mengkaji kebijakan baru yang bertujuan untuk membatasi asupan lemak trans dan garam, sebagai langkah preventif untuk mengurangi angka kejadian penyakit serius yang bisa mengancam nyawa.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof. Asnawi Abdullah, mengungkapkan bahwa negara-negara yang telah menerapkan regulasi untuk membatasi kadar garam serta menghilangkan lemak trans berhasil menekan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular. Kebijakan ini juga berkontribusi positif dalam pengurangan beban pembiayaan kesehatan nasional.
Dalam dekade terakhir, biaya belanja kesehatan di Indonesia telah meningkat pesat, mencapai angka 7,8% per tahun. Jika kebijakan yang tepat dapat diterapkan, maka bukan hanya masyarakat yang akan merasakan manfaatnya, tetapi juga pemerintah akan menemukan cara untuk menekan eskalasi biaya kesehatan yang semakin meningkat.
Kesadaran akan bahaya lemak trans pada kesehatan masyarakat harus ditingkatkan. Litbang di Kementerian Kesehatan kini sedang aktif dalam mempersiapkan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memperhatikan asupan makanan sehari-hari. Hal ini mencakup kampanye edukasi yang lebih luas untuk masyarakat mengenai pentingnya menghindari lemak trans serta mencari alternatif pilihan makanan yang lebih sehat.
Oleh karena itu, perlu ada strategi peningkatan pendidikan tentang gizi sehat dan pengenalan pola makan yang benar. Terlebih, program-program yang berorientasi pada pencegahan akan sangat berguna untuk menekan angka kejadian penyakit kardiovaskular di masa mendatang. Melibatkan semua lapisan masyarakat, dari sekolah hingga komunitas, menjadi kunci untuk menyukseskan inisiatif perubahan pola makan yang lebih baik.
Mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri makanan, akan membantu mewujudkan regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan lemak trans. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan para produsen makanan bisa lebih memperhatikan kesehatan konsumen mereka. Hal ini akan memberikan dampak positif, tidak hanya bagi kesehatan individu, tetapi juga bagi sistem kesehatan secara keseluruhan.
Bahkan, dengan pengurangan signifikan dalam biaya kesehatan akibat penyakit yang disebabkan oleh lemak trans, pemerintah bisa mengalokasikan dana tersebut untuk program-program kesehatan lainnya yang lebih bermanfaat. Program-program preventif ini diharapkan mampu menggerakkan masyarakat menjadi lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka dan mencegah penyakit, ketimbang hanya berorientasi pada penyembuhan.
Trend makanan sehat semakin berkembang di Indonesia, dengan banyaknya restoran dan kafe yang menawarkan menu sehat yang bebas dari lemak trans. Ini menunjukkan bahwa ada kesadaran yang makin meningkat di kalangan masyarakat tentang pentingnya makanan sehat dan dampaknya terhadap kesehatan.
Dengan kebijakan yang tepat dan konsisten, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengurangi beban penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Mari berharap bahwa langkah-langkah ini segera terwujud demi masa depan kesehatan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.