Sumber foto: Google

Pemerintah Indonesia Melaporkan 14 Kasus MPOX Terkonfirmasi, Apa Gejala dan Bagaimana Penyebarannya?

Tanggal: 19 Agu 2024 09:58 wib.
Kementerian Kesehatan melaporkan 14 kasus mpox yang terkonfirmasi di Indonesia sepanjang Januari - April 2024. Pasien terakhir ditemukan pada Juni lalu, dan saat ini masih isolasi mandiri dan proses penyembuhan.

"Yang terakhir kasus sudah diyakini masuk clade 2b. Jadi, bukan (clade) 1 b," kata Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Yudhi Pramono dalam konferensi pers, Minggu (18/08).

Dia juga mengklaim selain pasien terakhir yang ditemukan, pada pasien-pasien sebelumnya tidak menunjukkan varian clade 1 yang disebut WHO "lebih berbahaya" dibandingkan varian lainnya. Dari total kasus ini, Kemenkes mengklaim sebanyak 87 dalam status "sembuh", satu masih dalam proses penyembuhan.

"Tertinggi memang di tahun 2023 di bulan Oktober, ini cukup banyak kasusnya. Kemudian kita lakukan vaksinasi di beberapa locus, sehingga kasusnya sudah mengalami penurunan," tambah Yudhi.

Kasus-kasus mpox di Indonesia ini tersebar di sejumlah wilayah Indonesia dan terbanyak ditemukan di Jakarta (59), Jawa Barat (13), Banten (9), Jawa Timur (3), Yogyakarta (3) dan Kepulauan Riau (1).

Yudhi mengatakan pemerintah akan melakukan "pengawasan pelaku perjalanan, khususnya dari negara terjangkit, Ini kita mengadaptasi dari pedoman WHO juga. Jadi di pintu-pintu masuk bandara kita menyiapkan thermal scanner, dan juga melakukan pengamatan secara visual. Terutama pelaku perjalanan dari negara-negara terjangkit tersebut" katanya.

Selain itu, Kemenkes juga mengerahkan 12 laboratorium kesehatan untuk pemeriksaan mpox - dengan menyediakan 2.200 alat tes yang tersebar di delapan wilayah Indonesia dari Sumatra hingga Papua.

"Kita melakukan penguatan surveilans, kita melakukan upaya untuk penemuan kasus di seluruh faskes, juga melakukan penyelidikan epidemiologi, ini sudah melibatkan komunitas dan mitra HIV/AIDS," jelas Yudhi.

Ia menambahkan obat-obatan antivirus dan vaksin juga telah disiapkan. "Vaksinasi ini kita dapat bantuan dari ASEAN Kurang lebih ada 2.850 dosis vaksin mpox, dan kita juga melakukan pembelian 1.600 vaksin ini dari Denmark," katanya.

Badan kesehatan masyarakat Swedia telah mencatat apa yang disebutnya sebagai kasus pertama dari jenis mpox yang lebih berbahaya di luar benua Afrika. Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah mpox di beberapa wilayah Afrika sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Orang tersebut terinfeksi selama tinggal di suatu wilayah di Afrika yang saat ini tengah dilanda wabah besar mpox Klade 1, kata badan tersebut, Menurut Olivia Wigzell, kepala badan kesehatan masyarakat Swedia, orang yang terinfeksi itu telah mendapat perawatan di Stockholm.

"Orang yang terpapar itu terinfeksi selama tinggal di suatu wilayah di Afrika yang sedang dilanda wabah besar mpox Klade 1," katanya dalam konferensi pers.

WHO mengatakan pihaknya secara aktif bekerja sama dengan otoritas kesehatan Swedia mengenai "cara terbaik untuk menangani kasus pertama mpox Clade 1b yang dikonfirmasi".

WHO mendesak negara-negara lain untuk bertindak cepat dan transparan seperti yang dilakukan Swedia. Karena kemungkinan akan ada "kasus impor Clade 1 di kawasan Eropa selama beberapa hari dan minggu mendatang," katanya.

Badan kesehatan masyarakat Swedia mengatakan wabah yang lebih berbahaya kemungkinan besar terkait dengan "peningkatan perjalanan penyakit yang lebih parah dan angka kematian yang lebih tinggi".

Dr Jonas Albarnaz, yang mengkhususkan diri dalam virus cacar di Pirbright Institute, mengatakan kasus pertama di luar Afrika itu mengkhawatirkan.

Alasannya, adanya kasus ini berarti penyebarannya "kemungkinan lebih besar dari yang kita ketahui kemarin".

Dr Brian Ferguson, Associate Professor Imunologi di University of Cambridge sepakat bahwa temuan di Swedia itu "jelas merupakan perkembangan yang mengkhawatirkan", namun menurutnya tidak mengejutkan mengingat tingkat keparahan dan penyebaran wabah mpox di Afrika.

WHO berharap deklarasi terbarunya, bahwa mpox adalah keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, akan memicu dukungan yang lebih besar ke daerah-daerah yang paling terdampak.

Penyakit yang sangat menular ini  yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox) – telah menewaskan sedikitnya 450 orang di Republik Demokratik Kongo, tempat wabah bermula. Kini, penyakit ini telah menyebar ke seluruh wilayah Afrika tengah dan timur, dan para ilmuwan khawatir mengenai seberapa cepat varian baru penyakit ini menyebar dan tingkat kematiannya yang tinggi.

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya “sangat mengkhawatirkan”.

“Respons internasional yang terkoordinasi sangat penting untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” katanya.

Ditetapkannya mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mempercepat penelitian, pendanaan, dan penerapan langkah-langkah kesehatan masyarakat internasional lainnya. Dr Josie Golding, dari Wellcome Trust, mengatakan ini adalah "sinyal kuat", sementara Dr Boghuma Titanji dari Universitas Emory mengatakan langkah tersebut "menggarisbawahi betapa parahnya krisis ini".

Prof Trudie Lang, direktur Jaringan Kesehatan Global di Universitas Oxford, mengatakan hal ini “penting dan tepat waktu”, namun menambahkan bahwa munculnya jenis virus baru berarti ada “banyak hal yang belum diketahui yang perlu ditangani”.

Penyakit mpox disebabkan oleh virus cacar monyet. Virus ini berasal dari kelompok virus yang sama dengan virus cacar. Virus ini semula ditularkan dari hewan ke manusia, namun kini juga menular antar manusia, Penyakit ini paling umum terjadi di desa-desa terpencil di hutan hujan tropis – seperti di Republik Demokratik Kongo.

Di wilayah-wilayah ini, terdapat ribuan kasus dan ratusan kematian akibat penyakit ini tiap tahunnya dengan anak-anak di bawah 15 tahun terdampak paling parah. Ada dua tipe utama cacar monyet, yakni Clade 1 dan Clade 2. Darurat kesehatan global terhadap cacar monyet – yang ditetapkan pada 2022 silam – disebabkan Clade 2 yang relatif lebih ringan.

Penyakit ini menyebar ke hampir 100 negara yang biasanya tidak terjangkit virus ini, termasuk beberapa negara di Eropa dan Asia, namun dapat dikendalikan dengan memberikan vaksin pada kelompok rentan. Akan tetapi, wabah kali ini didominasi oleh Clade 1 yang jauh lebih mematikan. Pada wabah sebelumnya, varian ini telah membunuh hingga 10% orang yang terkena cacar monyet. Diketahui terjadi perubahan pada virus cacar monyet sekitar September silam. Mutasi menghasilkan cabang yang disebut Clade 1b  yang kemudian menyebar dengan cepat. Varian baru ini telah dilabeli dengan “yang paling berbahaya” oleh seorang ilmuwan.

Gejala awal berupa demam, sakit kepala, bengkak, nyeri punggung, dan nyeri otot. Setelah demam mereda, ruam dapat timbul, sering kali dimulai pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lain, paling sering pada telapak tangan dan telapak kaki, Ruam yang bisa sangat gatal atau nyeri, lambat laun berubah dan melalui beberapa tahapan sebelum akhirnya membentuk keropeng yang kemudian rontok. Lesi gangguan kulit seperti luka, ruam, atau benjolan yang menandakan ada kerusakan, infeksi, atau jaringan abnormal  dapat menyebabkan jaringan parut, Infeksi biasanya hilang dengan sendirinya dan berlangsung antara 14 dan 21 hari. Kasus yang serius dapat menyebabkan lesi menyerang seluruh tubuh, terutama mulut, mata, dan alat kelamin.

Mpox menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi – termasuk melalui hubungan seks, kontak kulit ke kulit dan berbicara atau bernapas di dekat orang lain. Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit, saluran pernafasan atau melalui mata, hidung atau mulut. Penularannya juga bisa melalui sentuhan benda-benda yang telah terkontaminasi virus, seperti seprai, pakaian, dan handuk.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved