Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil Masih Terabaikan, Bagaimana Nasib Warga?
Tanggal: 17 Mei 2025 21:40 wib.
Tampang.com | Meski pemerintah terus menggaungkan program pemerataan layanan kesehatan, kenyataannya akses dan kualitas fasilitas kesehatan di daerah terpencil masih jauh dari harapan. Warga di wilayah perbatasan dan pedalaman harus menempuh perjalanan panjang demi mendapatkan layanan medis dasar.
Kesenjangan Layanan Kesehatan yang Mencolok
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan rasio dokter per 10.000 penduduk di wilayah terpencil jauh lebih rendah dibanding kota besar. Fasilitas seperti puskesmas pun sering kekurangan tenaga medis dan peralatan.
“Kalau sakit, kami harus ke kota, jaraknya bisa berjam-jam dengan medan berat,” ungkap Sari, warga desa di Kalimantan Timur.
Program Pemerintah Kurang Efektif Menjangkau Daerah Terpencil
Beberapa program seperti dokter spesialis keliling dan telemedicine sudah berjalan, tapi cakupannya masih terbatas. Infrastruktur komunikasi yang belum memadai membuat solusi digital sulit diterapkan secara maksimal.
Faktor Penyebab: Infrastruktur dan Pendanaan yang Terbatas
Salah satu kendala utama adalah minimnya dukungan infrastruktur dasar seperti jalan dan jaringan telekomunikasi. Selain itu, alokasi anggaran kesehatan daerah terpencil seringkali kurang prioritas.
Solusi: Fokus Pembangunan Infrastruktur dan Insentif Tenaga Medis
Pemerintah perlu mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan peningkatan layanan kesehatan. Insentif dan program khusus bagi tenaga medis yang bersedia bertugas di daerah terpencil juga harus diperkuat.
Kesehatan adalah Hak Dasar, Bukan Privilege Kota Besar
Ketimpangan akses layanan kesehatan mencerminkan ketidakadilan sosial yang harus segera diatasi agar seluruh rakyat Indonesia mendapatkan hak yang sama atas kesehatan.