Muncul Varian Baru Covid “Nimbus”: Lebih Menyiksa dari Sebelumnya, Gejalanya Seperti Menelan Pecahan Kaca
Tanggal: 20 Jun 2025 13:56 wib.
Dunia kembali dihadapkan pada ancaman serius dari virus corona dengan kemunculan varian baru yang dikenal sebagai NB.1.8.1 atau secara populer disebut sebagai "Nimbus". Varian ini merupakan mutasi lanjutan dari Omicron dan kini telah menyebar cepat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan sejumlah wilayah di Asia, terutama sejak musim semi 2025 atau sekitar bulan Maret lalu.
Apa yang membuat Nimbus mencemaskan adalah bukan hanya tingkat penularannya yang tinggi, tetapi juga gejala yang lebih menyiksa dibanding varian sebelumnya. Banyak pasien melaporkan mengalami nyeri tenggorokan ekstrem, yang digambarkan seperti "menelan pecahan kaca." Rasa sakit ini begitu intens sehingga membuat aktivitas dasar seperti berbicara, makan, dan bahkan menelan air menjadi sangat sulit dilakukan.
Deteksi Awal dan Penyebaran Global Varian Nimbus
Kemunculan pertama varian Nimbus dilaporkan di Amerika Serikat pada akhir Maret 2025. Varian ini teridentifikasi melalui program penyaringan bandara terhadap pelancong internasional. Sejak saat itu, penyebarannya terus meluas dan kini telah terdeteksi di lebih dari selusin negara bagian di AS, serta beberapa negara lain di belahan dunia.
Melihat tren penyebaran yang mengkhawatirkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan varian ini sebagai “variant under monitoring” (varian dalam pemantauan) pada 23 Mei 2025. Klasifikasi ini diberikan karena adanya mutasi pada protein spike virus yang dapat meningkatkan kemampuan virus dalam menular dan beradaptasi dengan sistem imun manusia.
Asal Usul Nama "Nimbus" dan Perannya dalam Pandemi
Penamaan varian "Nimbus" diperkenalkan oleh seorang ahli biologi evolusioner asal Kanada, T. Ryan Gregory. Ia dikenal sebagai sosok yang kerap memberikan nama-nama populer bagi varian Covid-19, seperti "FLiRT" yang lebih dulu dikenal publik.
Di Amerika Serikat sendiri, Nimbus telah menyumbang lebih dari sepertiga total kasus Covid-19 saat ini, menjadikannya salah satu varian dominan di wilayah tersebut. Walaupun demikian, tingkat penularan secara keseluruhan masih tergolong stabil, dengan angka positif Covid-19 sekitar 3% pada 7 Juni 2025. Angka ini hanya naik sedikit dari minggu sebelumnya, dan bahkan tingkat rawat inap tercatat mengalami penurunan.
Namun para ahli tetap memberikan peringatan: situasi bisa berubah sewaktu-waktu. Sejarah menunjukkan bahwa sejak pandemi dimulai pada 2020, setiap musim panas AS selalu menghadapi gelombang baru kasus Covid-19. Kemunculan varian baru seperti Nimbus menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya lonjakan kasus serupa di tahun ini.
Gejala Varian Nimbus: Apa yang Harus Diwaspadai?
Gejala yang disebabkan oleh varian NB.1.8.1 atau Nimbus sebagian besar mirip dengan varian Omicron sebelumnya, namun dengan tingkat intensitas yang lebih tinggi. Beberapa gejala umum yang dilaporkan antara lain:
Sakit tenggorokan parah
Batuk kering
Hidung tersumbat atau berair
Kesulitan bernapas
Demam dan menggigil
Sakit kepala hebat
Nyeri otot dan tubuh
Kelelahan ekstrim
Kehilangan indra penciuman atau pengecap secara tiba-tiba
Yang paling menonjol adalah rasa sakit di tenggorokan yang digambarkan beberapa pasien seperti “menelan pecahan kaca,” menjadi salah satu gejala khas dari varian ini.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menegaskan bahwa semua orang memiliki potensi tertular varian ini, tetapi ada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi serius. Mereka adalah:
Lansia di atas 65 tahun
Individu dengan imunitas rendah
Pengidap penyakit penyerta seperti diabetes, gangguan paru-paru, atau jantung
Langkah Antisipasi dan Harapan ke Depan
Walaupun saat ini kondisi rawat inap akibat Covid-19 belum melonjak drastis, para pakar kesehatan meminta masyarakat untuk tetap waspada, terutama saat bepergian dan berada di ruang publik. Menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan masih menjadi langkah efektif dalam mencegah penularan.
Selain itu, pengembangan vaksin dan obat-obatan yang mampu menangkal varian baru seperti Nimbus juga terus dikejar oleh para peneliti. Harapan utama saat ini adalah kemampuan sistem kesehatan untuk mendeteksi dan merespons dengan cepat saat terjadi peningkatan kasus, sehingga tidak menyebabkan tekanan besar pada rumah sakit seperti yang pernah terjadi di awal pandemi.
Pemerintah juga diharapkan meningkatkan kampanye kesadaran masyarakat tentang varian baru ini, serta pentingnya melakukan tes secara berkala bagi mereka yang mengalami gejala meski ringan.
Kesimpulan
Varian NB.1.8.1 “Nimbus” menambah daftar panjang mutasi Covid-19 yang menjadi perhatian dunia. Dengan tingkat penularan tinggi dan gejala yang menyiksa, varian ini memperlihatkan bahwa pandemi belum sepenuhnya selesai. Walaupun angka rawat inap belum melonjak drastis, kemunculan Nimbus jadi pengingat penting bahwa Covid-19 masih bisa berubah dan beradaptasi.
Langkah terbaik yang bisa dilakukan masyarakat saat ini adalah tetap menjaga protokol kesehatan dan mengikuti informasi terbaru dari otoritas medis. Jangan abaikan gejala ringan, karena di baliknya bisa saja tersembunyi ancaman besar bernama Nimbus.