Mitos atau Fakta? Makan Makanan Manis Selalu Picu Anak Hiperaktif
Tanggal: 7 Mei 2024 16:08 wib.
Moms, tentu saja Anda pernah mendengar anjuran untuk menghindari memberi anak makanan yang mengandung gula tinggi, terutama di malam hari. Hal ini disebabkan oleh efek negatifnya terhadap pola tidur anak, bahkan dapat menyebabkan sakit seperti batuk, radang tenggorokan, dan kelelahan.
Salah satu peringatan umum adalah konsumsi makanan manis di malam hari yang disebut-sebut dapat memicu perilaku hiperaktif pada anak. Anak bisa terlihat lebih berenergi, berlari-lari, dan sulit tidur.
Namun, berdasarkan penelitian para ahli, hubungan antara konsumsi makanan manis dan perilaku anak sebenarnya tidak begitu sederhana. Meskipun makanan manis bisa mengubah perilaku anak untuk sementara waktu, namun bukan berarti gula menjadi penyebab utama perilaku hiperaktif.
Seorang ahli epidemiologi dari University of Wollongong di Australia, Gideon Meyerowitz-Katz, menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa gula adalah penyebab perilaku hiperaktif pada anak-anak. Menurutnya, ini hanyalah mitos perkotaan belaka.
Untuk memahami lebih dalam, kita perlu mengetahui bahwa tubuh manusia menggunakan gula sebagai sumber energi. Ketika gula dari makanan masuk ke dalam tubuh, tubuh akan secara cepat mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas sehari-hari.
Namun, tidak semua jenis gula memiliki dampak yang sama. Gula sederhana yang cepat dicerna, seperti yang terdapat dalam permen, minuman manis, es krim, soda, dan kue-kue, dapat segera meningkatkan kadar gula darah secara signifikan. Hal ini dapat memberikan lonjakan energi yang besar pada anak, namun efeknya juga akan turun dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam kondisi yang sehat, tubuh manusia akan dapat memproses gula dengan baik. Namun, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada anak dengan riwayat diabetes.
Penelitian juga menemukan bahwa persepsi orang tua terhadap konsumsi gula anak bisa memengaruhi penilaian mereka terhadap perilaku anak. Sebuah studi dilakukan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu yang diberi tahu bahwa anak-anaknya mengonsumsi gula lebih banyak, cenderung menganggap anak-anak mereka lebih hiperaktif, padahal hal ini tidak didukung oleh fakta ilmiah.
Sebaliknya, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa konsumsi gula secukupnya dapat membantu seseorang menjadi lebih fokus, kurang agresif, dan perilakunya lebih terkendali. Oleh karena itu, klaim bahwa gula adalah penyebab utama perilaku hiperaktif pada anak perlu dikaji lebih mendalam.
Meyerowitz-Katz bahkan lebih menyarankan orang tua untuk mengurangi konsumsi garam pada anak, daripada membatasi konsumsi gula. Namun, tetap penting untuk membatasi konsumsi makanan manis agar tidak memicu masalah kesehatan lainnya seperti obesitas.
Dalam mendidik anak, penting bagi orang tua untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pola makan yang sehat dan menghindari kesalahan persepsi yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap anak. Mempertimbangkan asupan gula bagi anak-anak merupakan langkah bijak dalam memastikan keseimbangan nutrisi dan perilaku anak.
Dari penelitian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa konsumsi makanan manis tidak selalu memicu perilaku hiperaktif pada anak. Namun, pendekatan yang bijak dalam memberikan makanan bergizi, termasuk membatasi konsumsi gula, tetap penting untuk memastikan kesehatan dan keseimbangan emosi anak.
Dengan demikian, mitos yang menyatakan bahwa makanan manis selalu memicu perilaku hiperaktif pada anak seharusnya lebih diperhatikan secara cermat. Edukasi yang tepat tentang dampak konsumsi gula pada anak dan penilaian yang objektif terhadap perilaku anak sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembang anak.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara konsumsi gula dan perilaku anak, kita dapat menciptakan pola makan yang seimbang dan mendukung perkembangan optimal anak-anak.
Dengan demikian, penting bagi setiap orang tua untuk senantiasa mencari informasi yang akurat dan berdasarkan fakta untuk mendukung keputusan dalam mendidik anak. Keseimbangan dan pemahaman yang akurat mengenai asupan gula akan membantu menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak.