Sumber foto: Google

Minuman Manis Kian Populer, Tapi Diam-Diam Jadi Ancaman Kesehatan!

Tanggal: 11 Mei 2025 09:55 wib.
Tampang.com | Di tengah tren gaya hidup kekinian, konsumsi minuman manis seperti boba, kopi susu, dan teh dalam kemasan semakin digemari oleh masyarakat, terutama generasi muda. Namun, di balik rasanya yang menyegarkan, minuman ini diam-diam menjadi ancaman serius bagi kesehatan publik.

Konsumsi Gula Melebihi Batas Aman WHO

Menurut data Kementerian Kesehatan, rata-rata konsumsi gula masyarakat Indonesia telah melampaui batas aman yang direkomendasikan oleh WHO, yakni 50 gram per hari. Minuman manis berkontribusi besar dalam lonjakan angka tersebut.

“Gula cair dalam minuman manis jauh lebih cepat diserap tubuh, yang menyebabkan lonjakan kadar gula darah lebih cepat pula,” ujar dr. Amelia Rahma, ahli gizi klinis.

Lonjakan Kasus Diabetes dan Obesitas

Akibat konsumsi berlebih, kasus diabetes tipe 2 dan obesitas kini semakin banyak ditemukan, bahkan pada usia muda. Data BPJS Kesehatan mencatat bahwa jumlah peserta dengan diagnosis diabetes meningkat hingga 20% dalam lima tahun terakhir.

“Ini bukan lagi masalah individu, tapi sudah jadi epidemi gaya hidup,” tambah dr. Amelia.

Label Gizi Tak Dipahami, Edukasi Masih Lemah

Meskipun banyak produk telah mencantumkan label gizi, namun minimnya literasi kesehatan membuat konsumen tetap mengabaikan kandungan gula tinggi dalam produk minuman.

“Sebagian besar orang hanya melihat rasa dan merek. Mereka tak menyadari satu botol bisa mengandung lebih dari 30 gram gula,” kata Nurmawati, aktivis kesehatan dari Jakarta.

Regulasi Lemah, Industri Tak Tersentuh

Pemerintah sebenarnya telah menerapkan cukai minuman berpemanis sejak 2024, namun kebijakan ini belum efektif karena nilai cukai masih terlalu rendah untuk memengaruhi harga di pasaran. Industri juga belum diwajibkan memperbesar label peringatan kesehatan.

“Tanpa intervensi yang tegas, tren ini hanya akan memperparah beban sistem kesehatan nasional,” ujar Nurmawati.

Solusi: Perkuat Edukasi dan Batasi Iklan Produk Manis

Pakar menyarankan pendekatan komprehensif: edukasi publik sejak dini, pembatasan iklan produk berpemanis, dan peningkatan cukai agar tidak mudah diakses anak-anak dan remaja.

“Masyarakat harus paham bahwa yang enak belum tentu aman. Kesadaran ini harus dibangun dari rumah, sekolah, hingga media,” tegas dr. Amelia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved