Minuman Kekinian Digemari Anak Muda, Tapi Kandungan Gula Jadi Bom Waktu?
Tanggal: 13 Mei 2025 23:49 wib.
Tampang.com | Minuman kekinian seperti boba, kopi susu gula aren, hingga Thai tea terus menjamur di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Tapi di balik rasa manis dan kemasan menarik, ada fakta yang mengkhawatirkan: kandungan gula tinggi yang berisiko memicu masalah kesehatan serius dalam jangka panjang.
Boba dan Kopi Susu, Tinggi Gula Tapi Minim Kesadaran
Rata-rata satu gelas minuman boba atau kopi kekinian mengandung antara 20 hingga 40 gram gula—jauh melampaui batas harian yang direkomendasikan WHO, yakni 25 gram. Sayangnya, banyak konsumen yang tidak sadar atau tak peduli dengan fakta ini.
“Ini seperti konsumsi gula tersembunyi. Manisnya terasa ringan, tapi dampaknya berat,” ujar dr. Laras Nirmala, pakar gizi dari RSUP Fatmawati.
Konsumsi rutin minuman seperti ini bisa memicu obesitas, resistensi insulin, hingga meningkatkan risiko diabetes tipe 2, terutama jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.
Gaya Hidup Urban yang Menyesatkan
Minuman manis tak hanya menjadi pilihan selera, tapi juga bagian dari gaya hidup dan simbol status di kalangan muda. Banyak yang membelinya bukan karena haus, tapi karena ingin tampil trendi di media sosial.
“Ini bukan sekadar makanan, tapi fenomena sosial. Konsumsi yang berlebihan terjadi bukan karena kebutuhan fisiologis, tapi tekanan sosial,” tambah dr. Laras.
Tren ini diperparah oleh strategi pemasaran agresif dari brand-brand minuman kekinian yang menyasar Gen Z dan milenial dengan diskon, influencer, dan visual menggoda.
Kurangnya Regulasi dan Informasi Nutrisi
Saat ini belum ada regulasi tegas yang mewajibkan pelaku usaha minuman untuk mencantumkan informasi kandungan gula secara jelas di kemasan atau menu. Hal ini membuat konsumen tidak punya kontrol yang cukup terhadap apa yang mereka konsumsi.
“Harus ada kebijakan labeling nutrisi wajib dan pembatasan kadar gula di produk siap saji,” tegas dr. Laras.
Negara seperti Singapura dan Meksiko sudah mulai menerapkan pajak gula dan pelabelan jelas untuk mendorong pola konsumsi yang lebih sehat.
Solusi: Edukasi Kesehatan dan Regulasi Gula
Langkah awal untuk mengurangi risiko adalah edukasi massal tentang dampak konsumsi gula berlebih, terutama bagi kelompok muda. Di sisi lain, pemerintah perlu merumuskan aturan untuk membatasi kadar gula di minuman siap saji, serta mendorong inovasi minuman sehat yang tetap menarik secara pasar.
“Selama tidak ada intervensi, kita sedang menciptakan generasi muda yang sakit perlahan tapi pasti,” pungkas dr. Laras.