Sumber foto: Google

Mie Instan Jadi Makanan Pokok, Apakah Kita Sedang Mengorbankan Kesehatan?

Tanggal: 10 Mei 2025 11:47 wib.
Tampang.com | Mie instan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola makan masyarakat Indonesia. Murah, praktis, dan rasanya cocok di lidah. Tapi di balik kenyamanan itu, ada risiko kesehatan yang mengintai. Data terbaru menunjukkan konsumsi mie instan di Indonesia mencapai angka tertinggi dalam satu dekade terakhir, bahkan banyak rumah tangga menjadikannya sebagai makanan utama harian.

Angka Konsumsi Naik, Kualitas Gizi Turun

Laporan dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pada tahun 2024, rata-rata konsumsi mie instan per kapita mencapai 52 bungkus per tahun. Angka ini lebih tinggi dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Masalahnya, mie instan mengandung kalori tinggi, tapi minim serat dan mikronutrien penting. Jika dikonsumsi berlebihan, bisa memicu masalah serius seperti hipertensi, obesitas, bahkan gangguan ginjal.

“Kalau makan mie seminggu sekali masih aman. Tapi kalau sudah jadi pengganti nasi setiap hari, itu alarm merah bagi kesehatan masyarakat,” kata dr. Ira Wulandari, ahli gizi dari RSUD Cipto Mangunkusumo.

Mengapa Mie Instan Begitu Dominan?

Alasan utamanya adalah ekonomi. Mie instan relatif murah dan tahan lama. Di tengah tekanan harga bahan pokok yang tinggi, mie instan jadi ‘penyelamat’ bagi keluarga berpendapatan rendah, anak kos, hingga pekerja informal.

“Dengan Rp3.000, saya bisa makan kenyang. Kalau beli lauk dan nasi, bisa dua kali lipat,” ungkap Dimas, pekerja lepas di kawasan Tangerang.

Faktor waktu dan kemudahan juga menjadi alasan utama, terutama bagi masyarakat urban yang sibuk. Tapi kenyamanan itu datang dengan konsekuensi jangka panjang.

Kebiasaan yang Dibentuk dari Kecil

Survei dari LIPI menunjukkan bahwa 68% remaja usia sekolah pernah mengonsumsi mie instan lebih dari tiga kali dalam seminggu. Bahkan banyak orang tua membiasakan anaknya makan mie sejak balita.

“Ini bukan sekadar soal pilihan, tapi budaya makan yang perlu dikoreksi,” jelas dr. Ira.

Iklan dan Strategi Pemasaran Ikut Bertanggung Jawab

Pengaruh iklan mie instan sangat besar. Citra mie sebagai makanan lezat, serbaguna, dan cepat saji begitu melekat. Di televisi, media sosial, hingga konten kreator, mie instan dipopulerkan tanpa disertai edukasi soal batas konsumsi yang aman.

“Ini tantangan serius. Ketika industri lebih aktif memasarkan daripada negara mendidik,” ujar Ahmad Fauzi, peneliti dari Pusat Studi Ketahanan Pangan.

Solusi: Edukasi dan Intervensi Nutrisi yang Terarah

Pemerintah perlu melakukan edukasi yang masif soal pola makan sehat, termasuk batas aman konsumsi makanan olahan. Selain itu, program intervensi gizi untuk keluarga berpenghasilan rendah perlu diperkuat, misalnya dengan subsidi bahan pokok bergizi atau kampanye diversifikasi pangan.

“Masyarakat tidak akan berubah hanya dengan imbauan. Perlu dukungan nyata agar pilihan sehat jadi lebih mudah diakses,” tegas dr. Ira.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved