Sumber foto: Google

Menstruasi Berat: Kondisi Serius yang Sering Disepelekan, Ancam 1 dari 4 Perempuan

Tanggal: 26 Mei 2025 23:45 wib.
Tampang.com | Menstruasi berat, atau yang secara medis dikenal sebagai Perdarahan Menstruasi Berat (PMB), masih sering dianggap sebagai hal yang wajar oleh sebagian perempuan. Padahal, kondisi ini dapat secara signifikan mengganggu kualitas hidup dan berisiko menimbulkan komplikasi kesehatan serius. Dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG, Subsp. FER, seorang Dokter Kandungan dan Ahli Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari FKUI RSCM, mengungkapkan bahwa satu dari empat perempuan berpotensi mengalami PMB atau heavy menstrual bleeding (HMB).

“Normalnya (menstruasi) memang hanya 80 cc total lima hingga tujuh hari terserah berapa hari menstruasinya, normalnya paling antara 4-8 hari. Kalau udah lewat delapan hari itu sudah memanjang,” ujar dokter Kemal, seperti dikutip dari ANTARA pada Senin (26/5/2025). PMB terjadi ketika darah menstruasi keluar dalam jumlah berlebihan, melebihi batas normal, dan dapat menimbulkan gangguan fisik, emosional, hingga finansial bagi perempuan yang mengalaminya.


Gejala PMB yang Perlu Diwaspadai

Menurut dr. Kemal, gejala PMB yang harus diwaspadai meliputi:


Sering mengganti pembalut atau tampon setiap satu hingga dua jam karena sudah penuh.
Perdarahan berlangsung lebih dari tujuh hari.
Keluar gumpalan darah besar.
Rasa sakit pada bagian bawah perut yang signifikan selama menstruasi.


Ironisnya, banyak perempuan tidak menyadari bahwa kondisi ini termasuk dalam kategori gangguan medis. Dokter Kemal menjelaskan, sebanyak 47 persen perempuan masih percaya bahwa PMB adalah bagian normal dari menstruasi. Lebih lanjut, 39 persen perempuan juga tidak menyadari bahwa ada pilihan pengobatan yang tersedia untuk kondisi ini.


Dampak PMB pada Kesehatan dan Produktivitas

PMB bukan sekadar siklus haid yang lebih panjang atau deras. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu anemia atau defisiensi zat besi, yang dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, tampak pucat, bahkan sesak napas. Dalam jangka panjang, risiko masalah kardiovaskular juga dapat meningkat.

Selain itu, dampak lain yang bisa muncul akibat PMB antara lain:


Gangguan tidur dan ketidaknyamanan yang signifikan.
Penurunan produktivitas karena sulit menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
Beban finansial akibat biaya obat dan prosedur medis yang diperlukan.



Pilihan Terapi yang Tersedia

Meskipun terdengar serius, PMB masih bisa ditangani. Menurut dr. Kemal, pilihan terapi akan disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk rencana kehamilan.



Bagi pasien yang sedang merencanakan kehamilan, dokter dapat memberikan manajemen medis seperti:


Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Asam traneksamat.



Bagi pasien yang tidak sedang menjalani program hamil, salah satu pilihan terapi yang bisa digunakan adalah Levonorgestrel Releasing Intrauterine System (LNG IUS). LNG IUS merupakan perangkat berukuran kecil menyerupai huruf T yang diaplikasikan ke dalam rahim. Alat ini bekerja dengan melepaskan hormon secara perlahan di dalam rahim, yang berfungsi untuk mencegah penebalan dinding rahim dan secara efektif mengurangi perdarahan.



Kesadaran akan gejala PMB dan ketersediaan terapi menjadi kunci untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup perempuan. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved